Kupang (ANTARA News NTT) - Kepala Pelaksana Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Timur, Tini Tadeus mengatakan para petani sawah tadah hujan di provinsi berbasis kepulauan ini terancam gagal tanam karena terbatasnya curah hujan dalam tahun 2018/2019.
"Hujan yang terjadi saat ini belum merata di seluruh wilayah NTT dengan intensitas yang masih kurang, sehingga banyak lahan sawah tadah hujan belum bisa diolah para petani," katanya kepada Antara di Kupang, Senin (14/1).
Beberapa kabupaten yang curah hujannya masih kurang yaitu Kabupaten Rote Ndao, Sabu Raijua, Pulau Sumba, Alor dan Kabupaten Kupang.
"Kami mendapat laporan dari BPBD di daerah bahwa curah hujan yang terjadi masih kurang sehingga banyak lahan persawahan tadah hujan belum dikerjakan para petani karena terkendala sumber air," kata Tini.
Menurut dia, apabila curah hujan yang terjadi masih seperti saat ini maka ancaman gagal tanam akan menimpa para petani di daerah ini.
Tini mengatakan, puncak musim hujan di NTT selalu terjadi pada Januari sehingga pada saat itu petani mulai menanam padi, namun karena curah hujan yang rendah menyebabkan para petani belum mengolah lahan persawahanya secara maksimal.
"Apabila sampai akhir Januari 2019 curah hujan masih belum normal maka ancaman gagal tanam akan datang menimpa para petani di NTT," tegasnya.
Tini mengatakan, curah hujan dengan intensitas yang sedang terus mengguyur Pulau Flores, Timor Tengah Selatan, TTU, Belu, serta sebagian Kabupaten Kupang.
Baca juga: Bulog serap 1.600 ton beras petani NTT selama 2018
Baca juga: Gubernur dorong petani NTT tanam jagung hibrida Nasa-29
Gagal tanam ancam sawah tadah hujan
"Hujan yang terjadi saat ini belum merata di seluruh wilayah NTT dengan intensitas yang masih kurang, sehingga banyak lahan sawah tadah hujan belum bisa diolah para petani," kata Tini Thadeus.