Bapanas sebut konsumsi padi dan minyak dan lemak nasional terlalu lebih

id Bapanas, pangan, kota bogor, sanlat

Bapanas sebut konsumsi padi dan minyak dan lemak nasional terlalu lebih

Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Bapanas, Nita Yulianis, SP, M.Si saat menjadi pemateri dalam Pesantren Kilat Ramadhan 1444 Hijriah/2023 di Gedung DPRD Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/4/2023). (FOTO ANTARA/M Fikri Setiawan)

"Ini yang perlu kita dorong di masyarakat kita bahwa sayur dan buah itu adalah hal yang banyak tersedia di alam, sehingga ini perlu kita dorong," katanya.
Bogor, Jabar (ANTARA) - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyebutkan bahwa konsumsi masyarakat Indonesia terhadap padi-padian, minyak dan lemak terlalu berlebihan dibandingkan jenis pangan lainnya.

Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Bapanas, Nita Yulianis, di Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/4) kemarin mengatakan bahwa konsumsi sayuran dan buah-buahan sangat kurang.

"Konsumsi padi-padian misalnya, tercatat mencapai 56,6 persen. Kemudian, minyak dan lemak mencapai 11,9 persen. Keduanya dianggap over konsumsi," katanya saat menjadi pemateri dalam Pesantren Kilat Ramadhan 1444 Hijriah/2023 di Gedung DPRD Kota Bogor.

Nita Yulianis menyebutkan, skor pola pangan harapan (PPH) nasional tahun 2022 memang telah mencapai target RPJMN, yakni 92,9 poin. Namun, ada beberapa konsumsi pangan yang dianggap belum ideal.

Namun, kata dia, konsumsi terhadap sayur dan buah, umbi-umbian, dan kacang-kacangan, malah kurang. Konsumsi sayur dan buah tercatat hanya 5,8 persen, umbi-umbian hanya 2,6 persen, dan kacang-kacangan 3,3 persen.

"Ini yang perlu kita dorong di masyarakat kita bahwa sayur dan buah itu adalah hal yang banyak tersedia di alam, sehingga ini perlu kita dorong," katanya.

Baca juga: Kemarin, Kemenhub beri sanksi maskapai langgar TBA hingga regulasi Bapanas
Baca juga: Bapanas optimistis stok beras 300 ribu ton cukup untuk konsumsi hingga Lebaran


"Kemudian pemenuhan protein sudah melewati batas kebutuhan, tetapi pemenuhannya masih didominasi protein nabati, dimana 70 persen dari protein nabati, dan 30 persennya protein hewani. Contohnya, telur, ayam, ikan, banyak diproduksi di Indonesia," katanya.

Di samping itu, ia mengingatkan bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendirian dalam tata kelola pangan untuk mencapai ketahanan pangan di Indonesia.

Ia menyebutkan bahwa butuh peran aktif dari kementerian lintas sektor serta peran aktif masyarakat.