Disnak NTT akui kasus rabies ditemukan di TTS

id NTT, Rabies,Kota Kupang,TTS,RAbies di Pulau Timor

Disnak NTT akui kasus rabies ditemukan di TTS

Arsip. Petugas Disnak menyuntikan vaksin kepada seekor anjing di Flores. ANTARA/HO-Dokumentasi pribadi

...Pertama saya mau katakan bahwa informasi tersebut benar adanya
Kupang (ANTARA) - Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur mengakui bahwa kasus anjing rabies terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) setelah sebuah pesan singkat melalui grup aplikasi Whatsapp menyebar pada Senin siang.

“Pertama saya mau katakan bahwa informasi tersebut benar adanya,” kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan NTT Melky Angsar, di Kupang, Senin, (29/5/2023).

Namun ujar dia informasi rinci soal korban dan kondisi terakhir di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) masih menunggu informasi lanjutan dari pemerintah daerah setempat.

“Informasi lanjutan besok ya, soalnya masih koordinasi dengan Pemda setempat dan besok baru ada keterangan resmi dari Bupati TTS,” tambah dia.

Sebelumnya melalui pesan singkat Whatsaap muncul pesan singkat yang disebut resmi dari Balai Besar Veteriner Denpasar Bali. Berdasarkan informasi itu diketahui sampel organ anjing yang dikirim oleh Dinas Peternakan Kabupaten TTS terbukti positif rabies.

Dalam pesan tersebut juga disebutkan anjing yang positif rabies ini berasal dari Desa Fenun, Kecamatan Amanatun Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Dinas Peternakan Nusa Tenggara Timur mencatat hingga 15 Mei 2023 telat terjadi dua kasus kematian anak akibat tergigit anjing positif rabies.

Kasus rabies akhir-akhir ini terjadi di Flores dan Lembata dan kedua pulau itu sendiri sudah dinyatakan sebagai zona karantina rabies sejak 1997.

Oleh karena itu Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur meminta masyarakat di Pulau Flores dan Lembata agar melakukan vaksinasi terhadap anjing peliharaan karena hingga saat ini wilayah itu masih belum dinyatakan bebas dari penyakit rabies.

Selain itu juga pemerintah kabupaten, pemerintah desa, pemerintah provinsi maupun pusat untuk bersama-sama mengalokasikan anggaran untuk pengadaan vaksin rabies.

"Vaksin untuk anjing tidak pernah cukup karena masalah anggaran. Idealnya kalau 70 persen anjing sudah divaksin maka bisa terbentuk herd immunity atau kekebalan kelompok," kata dia.


Baca juga: Satu desa di Pulau Timor diisolasi akibat kasus rabies

Baca juga: Dokter imbau warga Flores waspadai gigitan anjing rabies