Kupang (ANTARA) - World Health Organization (WHO) atau atau Organisasi Kesehatan Sedunia berkomitmen untuk mengeliminasi penyakit menular di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
"WHO terus mendorong dan mempromosikan imunisasi kepada masyarakat NTT untuk mengendalikan penyakit menular, seperti malaria dan penyakit tropis terabaikan," kata Technical Officer WHO Indonesia Dr. Mukta Sharma di Kupang, Jumat, (1/9/2023).
Mukta Sharma mengatakan WHO juga telah menggandeng Pemerintah Timor Leste untuk mengeliminasi malaria di Pulau Timor melalui pelaksanaan kajian situasi malaria dan pelatihan surveilans untuk staf puskesmas di perbatasan.
Selain itu, WHO juga mendukung kajian risiko bersama dan surveilans rabies dengan menyediakan vaksin rabies untuk NTT serta mempercepat eliminasi kaki gajah atau filariasis di Kabupaten Sumba Barat Daya.
Kepala Dinas Kesehatan Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi NTT Ruth Laiskodat mengatakan kerja sama dan kontribusi WHO Indonesia dalam mewujudkan sehat untuk semua, termasuk NTT sangat besar.
"Kontribusi WHO sangatlah besar di NTT dalam meningkatkan manajemen dan kualitas pelayan kesehatan rumah sakit dan puskesmas, penanganan masalah gizi dan penyakit menular,” ujar dia.
Ruth Laiskodat mengatakan Pemprov NTT dengan WHO juga bekerja sama dalam hal penanganan anak gizi buruk, peningkatan kapasitas tenaga kesehatan untuk penanganan anak gizi buruk dan kampanye aksi bergizi di sekolah.
Ia mengatakan upaya-upaya tersebut merupakan kolaborasi penurunan stanting di NTT yang prevalensinya menurun dari 17,7 persen per Agustus 2022 menjadi 15,7 persen per Februari 2023 atau 67 ribu anak masih terkena stunting.
Baca juga: WHO serukan kesetaraan kesehatan di Provinsi NTT
Ruth juga mengatakan kerja sama WHO dengan Pemprov NTT telah menurunkan angka kematian ibu dan bayi dari tahun ke tahun.
Baca juga: Ardantya Syahreza : Mental Health jadi kunci sukses program Health Tourism Indonesia
"Angka kematian ibu dan bayi menunjukkan trend penurunan dari tahun 2021 181 kasus, 2022 171 kasus dan per Agustus 2023 86 kasus, begitu pula dengan angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2022 1.139 kasus, turun menjadi 577 kasus per Agustus tahun ini," katanya.