Akademisi sebut Sastra sebagai strategi berpikir kreatif pelajar

id Sastra, Kota Kupang,NTT

Akademisi sebut Sastra sebagai strategi berpikir kreatif pelajar

Akademisi Undana Dr. Marselus Robot (berdiri) saat jadi pembicara dalam seminar sastra di SMA St. Arnoldus Janssen Kupang, NTT, Selasa (14/1/2025). ANTARA/HO-Dokumentasi pribadi

...Sastra bagian dari strategi berpikir kreatif, sehingga penting untuk sedini mungkin dikembangkan di sekolah-sekolah, kata Marselus pada seminar sastra bertajuk “Sastra dan Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Berpikir” di SMA Santo Arnoldus Janssen Kupa

Kupang (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Nusa Tenggara Timur, Dr. Marselus Robot menekankan peran penting sastra sebagai strategi berpikir kreatif bagi para pelajar.

“Sastra bagian dari strategi berpikir kreatif, sehingga penting untuk sedini mungkin dikembangkan di sekolah-sekolah,” kata Marselus pada seminar sastra bertajuk “Sastra dan Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Berpikir” di SMA Santo Arnoldus Janssen Kupang, Selasa, (14/1).

Ia memaparkan bahwa sastra berperan dalam membangun kemampuan berpikir kreatif para pelajar agar peka terhadap kondisi lingkungan maupun sesama manusia.

“Kepekaan sosial ini penting dibangun oleh pelajar lewat berkarya sastra,” tambahnya.

Apalagi menurutnya, di zaman digitalisasi ini banyak orang sudah menjadi “autis sosial” karena sibuk dengan Hp sendiri.

“Karena itu, melalui aktivitas sastra kita menarik kembali nurani dan kepekaan yang hilang sehingga anak-anak bisa menemukan diri di tengah masyarakat,” jelas dosen program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undana ini.

Selain itu menulis karya sastra, kata dia, berarti berpikir kreatif yang juga berarti berpikir indah. Hal ini dipengaruhi oleh logika imajinatif dalam berkarya sastra.

“Logika imajinatif menghasilkan kreativitas. Artinya kemampuan menghadirkan gagasan alternatif yang jarang dipikirkan oleh kebanyakan orang,” katanya.

Baca juga: Kemendikbud tanggapi protes Malaysia terkait Bahasa Indonesia di UNESCO

Ia pun berharap agar geliat sastra di kalangan pelajar tidak berhenti pada kegiatan seminar saja. Namun, tetap berlanjut dalam proses penciptaan karya sastra yang bisa diawali dengan menulis puisi atau cerpen.

Baca juga: Artikel - Merawat goresan karya sastra masa lalu

“Berkaryalah dari bentuk sederhana dulu, intinya para pelajar bisa melihat realitas sosial yang lalu diramu ke dalam rupa tulisan sebagai motivasi ke depannya,” pesan Marselus.