Labuan Bajo (ANTARA) - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Manggarai Barat menyatakan komitmen Kementerian Koordinator Bidang Pangan (Kemenko Pangan) untuk mendorong transformasi bidang pangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) harus mendapat dukungan dari berbagai pihak termasuk masyarakat setempat.
"Sebagai daerah dengan potensi pariwisata luar biasa, termasuk Labuan Bajo sebagai destinasi super prioritas nasional, NTT membutuhkan rantai pasok pangan yang berkualitas, higienis, dan berkelanjutan untuk mendukung industri hospitality serta kesejahteraan masyarakat lokal," kata Kepala Bidang Hotel PHRI Manggarai Barat Yuvensius Darung dihubungi di Labuan Bajo, Rabu.
Ia menyampaikan hal itu ketika menanggapi pernyataan Staf Ahli Bidang Ekonomi Maritim Kemenko Pangan Sugeng Santoso yang mengungkapkan komitmen pemerintah dalam mendorong transformasi bidang pangan di NTT karena sejalan dengan target pertumbuhan ekonomi regional dan persiapan Indonesia Emas 2025.
Ia menjelaskan transformasi pangan di NTT dinilai sangat penting, termasuk bagi sektor pariwisata dan ekonomi masyarakat lokal di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.
Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi berbasis pariwisata, lanjut dia, Labuan Bajo dan daerah lainnya di NTT memiliki tantangan besar dalam ketergantungan pada pasokan pangan dari luar wilayah. Ini menyebabkan biaya operasional hotel, restoran, dan sektor hospitality lainnya menjadi tinggi serta mengurangi peluang ekonomi bagi petani dan produsen lokal.
Menurut dia, jika ekosistem pangan di NTT diperkuat dengan standarisasi produksi, efisiensi distribusi, dan pemberdayaan petani lokal, maka manfaatnya akan sangat luas.
Transformasi pangan di NTT dinilai dapat menjamin ketahanan pangan untuk industri hospitality adalah sektor bisnis yang berkaitan dengan pelayanan kepada tamu dan pelanggan.
"Pariwisata yang berkembang pesat memerlukan pasokan pangan yang konsisten dan berkualitas ,sehingga dengan penguatan rantai pasok lokal, hotel, restoran, dan kapal wisata dapat memperoleh bahan pangan segar dengan harga lebih kompetitif, meningkatkan daya saing industri," katanya.
Transformasi pangan di NTT dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan lokal, karena para petani dan nelayan NTT sering menghadapi kendala akses pasar yang menyebabkan harga jual produk rendah.
Adanya sistem distribusi yang lebih efisien dan standar produksi yang jelas, maka petani dan nelayan dapat memperoleh nilai ekonomi yang lebih adil atas hasil kerja mereka.
Transformasi pangan di NTT juga dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan luar daerah. Seperti di Labuan Bajo, sebagian besar kebutuhan pangan masih didatangkan dari luar, yang menyebabkan harga tinggi dan risiko ketidakstabilan pasokan.
"Dengan memperkuat ekosistem pangan lokal, NTT dapat menjadi lebih mandiri dan berdaulat dalam sektor pangan," katanya.
Transformasi pangan di NTT, kata dia, juga mendukung pariwisata berkelanjutan dan ramah lingkungan karena pemanfaatan pangan lokal mengurangi jejak karbon akibat transportasi jarak jauh dan mendukung konsep pariwisata hijau yang semakin diminati wisatawan global.