Kupang, NTT (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami inflasi tahunan (year on year/yoy) sebesar 2,00 persen pada Oktober 2025 dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 107,44.
“Inflasi tahunan Oktober 2025 sebesar 2,00 persen, turun dibandingkan September 2025 yang sebesar 2,30 persen,” kata Kepala BPS Provinsi NTT Matamira B. Kale di Kupang, Senin.
Ia menyampaikan inflasi yoy tertinggi terjadi di Kabupaten Ngada sebesar 2,89 persen dengan IHK sebesar 108,00, sedangkan inflasi terendah terjadi di Maumere sebesar 1,55 persen dengan IHK sebesar 108,62.
Berdasarkan inflasi yoy, lanjut dia, seluruh wilayah cakupan IHK berada pada target 2,5 ± 1 persen. Hal ini menunjukkan adanya perkembangan perekonomian sesuai harapan pemerintah.
Namun, berdasarkan inflasi year to date (ytd) hingga Oktober 2025, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan Maumere masih mengalami deflasi. Adapun Waingapu juga masih sedikit di bawah target 2,5 ± 1 persen.
“Perlu ada upaya pengendalian harga dalam dua bulan menjelang akhir tahun,” ujarnya.
Ia juga mengatakan inflasi Oktober 2025 (yoy) dipengaruhi kenaikan pada enam dari sebelas kelompok pengeluaran. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau memiliki andil tertinggi sebesar 1,15 persen, diikuti kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil 0,88 persen.
Provinsi NTT tercatat kembali mengalami deflasi bulanan (month to month/mtm) sebesar 0,04 persen dan inflasi ytd sebesar 0,98 persen.
“Deflasi ini merupakan deflasi ketiga yang terjadi setelah deflasi pada September 2025 sebesar 0,43 persen dan deflasi Agustus 2025 sebesar 0,55 persen,” katanya.
Sementara itu, berdasarkan wilayah cakupan IHK, deflasi mtm terjadi di Kabupaten TTS, Maumere, dan Kabupaten Ngada, sedangkan inflasi mtm terjadi di Waingapu dan Kota Kupang.
“Deflasi terdalam terjadi di Maumere sebesar 1,29 persen. Inflasi tertinggi terjadi di Waingapu sebesar 0,9 persen,” kata Matamira.

