Kupang (Antara NTT) - Pelaksana Tugas Direktur Utama Bank Nusa Tenggara Timur (Bank NTT) Eduardus Bria Seran mengatakan, penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) pada tahun 2016 terealisasi 100 persen dari pagu Rp122 miliar.
"Pagu KUR untuk Bank NTT pada tahun 2016 sebesar Rp122 miliar. Realisasi penyalurannya 100 persen, bahkan ada kelebihan sekitar Rp500 juta," kata Eduardus Bria Seran kepada Antara di Kupang, Kamis terkait penyaluran KUR.
Presiden Joko Widodo mengatakan, pada tahun ketiga pemerintahannya akan menguatkan pada pemerataan, antara lain memberikan akses permodalan kepada masyarakat seperti kredit usaha rakyat (KUR).
Menurut dia, ada dua kelompok penerima KUR yakni debitur mikro dan debitur ritel dengan besaran pinjaman Rp1-25 juta untuk debitur mikro dan Rp25-100 juta untuk debitur ritel.
Dia menambahkan, dari total 3.552 debitur, paling banyak menggunakan KUR adalah debitur mikro yang mencapai 2.937 dan sisanya adalah debitur ritel.
Untuk sektor usaha KUR mikro kata dia, untuk sektor usaha ekonomi paling besar adalah usaha perdagangan yakni mencapai Rp23,8 miliar dan pertanian dan peternakan Rp17,2 miliar.
Sementara KUR ritel didominasi usaha sektor perdagangan yang mencapai Rp36,2 miliar dan transportasi Rp12,5 miliar, pertanian dan peternakan Rp7,5 miliar, kata Edu Bria yang juga menjabat Direktur Pemasaran Bank NTT itu.
Merata
Dia mengatakan, penyaluran dana untuk kredit usaha rakyat (KUR) ini tidak hanya fokus untuk masyarakat di perkotaan, tetapi merata hingga pelosok pedesaan di seluruh wilayah provinsi berbasis kepulauan itu.
"KUR yang dikelola Bank NTT ini tidak hanya dinikmati pengusaha di kota-kota besar, tetapi kelompok-kelompok usaha masyarakat di pedesaan. Bank NTT bisa menjangkau masyarakat pedesaan karena memiliki 23 kantor cabang dan 37 kantor cabang pembantu di seluruh NTT," katanya.
Dia juga menegaskan, dana KUR bukan milik pemerintah, melainkan milik bank untuk membantu usaha masyarakat.
Pemerintah kata dia, hanya memberikan subsidi bunga sebesar sembilan persen untuk meringankan beban masyarakat yang ingin membangun atau mengembangkan usaha.
"Saya harus memberi penegasan karena ada anggapan dari masyarakat bahwa dana KUR ini adalah milik pemerintah yang dititipkan di bank-bank untuk membantu usaha rakyat," kata Edi Bria.
"Pagu KUR tahun 2016 sebesar Rp122 miliar, tahun 2017 kami usulkan Rp250 miliar dan sudah mendapat persetujuan dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian," katanya.
Menurut dia, walaupun sudah mendapat persetujuan dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, tetapi KUR belum bisa disalurkan karena masih menunggu surat keputusan pemberlakuan KUR untuk tahun 2017.
"Bunga KUR tahun 2016 sebesar sembilan persen. Informasinya turun ke tujuh persen sehingga kami masih harus menunggu SK dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, terutama yang berkaitan dengan besaran subsidi bunga yang akan diberikan pemerintah," katanya.
Langkah manajemen Bank NTT itu, kata dia, untuk menghindari beban kredit terlalu besar kepada debitur karena adanya perbedaan penetapan subsidi bunga.
"Kalau kita tetap gunakan sembilan persen, tetapi dalam perjalanan pemerintah turunkan lagi ke tujuh persen, kan kasihan dengan debitur yang mengajukan kredit dengan hitungan bunga sembilan persen," katanya.
Dia menambahkan pada penyaluran KUR tahun 2017, juga ada peningkatan besaran pinjaman kepada setiap debitur, baik debitur mikro maupun ritel.
Debitur mikro yang pada tahun 2016 hanya boleh mendapat pinjaman sebesar Rp1 juta hingga Rp25 juta, pada tahun 2017 bisa diperbesar hingga Rp75 juta per debitur.
"Sementara debitur ritel naik menjadi Rp200 juta dan bisa diperbesar hingga maksimum Rp500 juta dari sebelumnya hanya berkisar Rp25 juta hingga Rp100 juta per debitur," kata Edu Bria yang juga Direktur Pemasaran Bank NTT itu.
Dia juga berharap surat keputusan tentang penyaluran KUR 2017 segera diterbitkan, agar penyaluran KUR 2017 bisa secepatnya dilakukan.