Kupang (ANTARA) - Para nelayan tangkap khusus ikan cakalang yang beroperasi dengan kapal Pole and Line atau kapal jenis penangkapan massal di Kota Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, untuk sementara tidak melaut akibat cuaca buruk yang terjadi di wilayah perairan setempat.
"Sekarang, hampir semua kapal cakalang di Kupang istirahat dan tidak mengambil risiko untuk melaut, karena keadaan cuaca sangat tidak bersahabat," kata Muhammad Nasir, salah seorang nelayan tangkap ikan cakalang yang berbasis di TPI Tenau Kota Kupang kepada Antara di Kupang, Kamis (13/6).
Saat ini, wilayah perairan Nusa Tenggara Timur sedang dilanda angin kencang dan gelombang tinggi, sehingga memaksa nelayan tangkap untuk tidak melaut dan tidak mau mengambil risiko.
Menurut Nasir, hanya ada satu kapal cakalang keluar melaut di sekitar Laut Sawu, namun tidak menggunakan umpan yang dipasok kapal bagan di Kota Kupang melainkan mengambilnya di wilayah Pulau Flores.
"Pasokan ikan untuk umpan hidup di Kupang sangat lemah, karena memang kondisi cuaca buruk sehingga kapal-kapal bagan juga ikut parkir," katanya menambahkan.
Nasir yang juga pemilik sekaligus nahkoda kapal cakalang KM Nurul Hikmah itu mengatakan, informasi dari kapal nelayan yang keluar melaut juga memperoleh hasil tangkapan yang sangat sedikit pada kisaran dua ton selama dua hari.
Baca juga: Nelayan Kupang didorong untuk ikut asuransi
Nasir menambahkan, dalam kondisi seperti ini, nelayan setempat cukup kesulitan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi sehingga banyak yang beralih profesi dengan mencari pekerjaan serabutan.
"Ada yang bantu-bantu jadi buru, kuli bangunan, kondektur, dan lain-lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sambil menunggu cuaca membaik baru bisa melaut lagi," katanya.
Secara terpisah, Stasiun Meteorologi El Tari Kupang memperkirakan cuaca ekstrem berupa angin kencang yang melanda sebagian besar wilayah NTT akan terus berlangsung sampai Agustus 2019.
"Angin kencang yang saat ini sedang melanda NTT masih berlangsung hingga Agustus dengan kecepatan yang sangat fluktuatif," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi El Tari Kupang, Ota Welly Jenni Thalo.
Ia mengatakan, cuaca ekstrem ini juga mengakibatkan tinggi gelombang laut seperti di Selat Sape mencapai 2,5 meter, Selat Sumba 3,5 meter, perairan selatan Pulau Sumba mencapai 4 meter. Selain itu, gelombang tinggi juga terjadi di Laut Sawu, Selatan Laut Timor, perairan selatan antara Kupang dan Pulau Rote, serta Samudera Hindia di Selatan NTT.
Baca juga: Nelayan Hansisi mulai mendapat perlindungan asuransi
Baca juga: Dua kapal nelayan diamankan karena tidak miliki izin operasi
Nelayan Kupang untuk sementara tidak melaut
"Sekarang, hampir semua kapal cakalang di Kupang istirahat dan tidak mengambil risiko untuk melaut, karena keadaan cuaca sangat tidak bersahabat," kata Muhammad Nasir, seorang nelayan.