Pendampingan program Scild di NTT berakhir

id Scild

Pendampingan program Scild di NTT  berakhir

Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti (kanan) didampingi delegasi Uni Eropa yang diwakili oleh Program Manager Perdagangan/Pembangunan Ekonomi Daerah Uni Eropa Nur Isravivani menjelaskan kepada wartawan soal pencapaian dari proyek SCILD. (Antara Foto/ Kornelis Kaha)

Lima kabupaten itu adalah Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu dan Kabupaten Malaka, yang semuanya dimulai pada tahun 2016,
Kupang (ANTARA) - Yayasan Plan International Indonesia dan Uni Eropa menyelesaikan pendampingan proyek Strong Community Social Organization for Inclusive Livestock Value Chain Development (SCILD) atau penguatan organisasi masyarakat sipil melalui rantai nilai peternakan yang inklusif di Nusa Tenggara Timur.

Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti kepada wartawan di Kupang, Selasa (27/8) mengatakan implementasi proyek Scild sendiri sudah dilaksanakan selama tiga tahun dan tersebar di lima kabupaten di NTT.

"Lima kabupaten itu adalah Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu dan Kabupaten Malaka, yang semuanya dimulai pada tahun 2016," katanya.

Proyek yang dilakukan adalah memberdayakan 2.000 anak muda di lima kabupaten di NTT untuk menjadi peternak, baik untuk ternak sapi, ayam, serta babi. Dari 2.000 anak tersebut ada sekitar 65 persen atau 1.300 anak muda didominasi oleh kaum wanita.

Ia mengatakan proyek tersebut berjalan lancar selama tiga tahun tersebut, karena proyek tersebut bertujuan untuk meningkatkan posisi sosial dan penguatan ekonomi kaum muda melalui dukungan yang berkelanjutan pada sektor peternakan. Fokus proyek tersebut sendiri  adalah kepada kamu muda yang usianya mulai dari 18 tahun hingga 29 tahun di 40 desa di lima kabupaten itu.

Lebih lanjut ia mengatakan proyek Scild yang didanai oleh Uni Eropa dengan biaya mencapai Rp15,6 miliar digunakan untuk menggelar pelatihan-pelatihan berupa peningkatan kapasitas kepada delapan organisasi masyarakat sipil lokal dan kaum muda, di antaranya adalah pelatihan teknis peternakan, pelatihan soft skill seperti gender dan perlindungan Anak dan pelatihan penguatan kapasitas organisasi," kata dia.

Sementara itu delegasi Uni Eropa yang diwakili oleh Program Manager Perdagangan/Pembangunan Ekonomi Daerah Uni Eropa Nur Isravivani mengharapkan agar proyek tersebut dapat menjadi praktek terbaik di NTT dan berkelanjutan untuk mendorong pembangunan ekonomi yang inklusif, khususnya penciptaan lapangan kerja bagi kaum muda.

Plan Internasional Finlandia mengucapkan selamat kepada para mitra proyek, yaitu YPII, Bengkel APPeK dan YSSP, atas pelaksanaan proyek ini.

"Para mitra telah bekerja bersama selama 3,5 tahun untuk mengubah kehidupan anak-anak muda di NTT," tambah dia.

Pihaknya berterima kasih kepada pemerintah daerah setempat karena sudah mendukung program tersebut, sehingga berhasil dengan baik.