Scild Putuskan Rantai Pedagangan Manusia

id Plan

 Scild Putuskan Rantai Pedagangan Manusia

Sejumlah sapi bantuan dari Plan Internasional Indonesia dengan dukungan dana dari Uni Eropa dalam program "Strong Civil Society Organization for Inclusive Livestock Value Chain Development-in NTT" (SCILD), diikat di kandangnya di Desa Tesiayofanu, Ka

"Program ini secara tidak langsung memberikan efek untuk memutus mata rantai maraknya kasus `human trafficking` di NTT khususnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan," kata SCILD Project Manager Plan Internasional Indonesia Yedityah Mella.


Soe, (Antara NTT) - Program Strong Civil Society Organization for Inclusive Livestock Value Chain Development-in NTT (SCILD) di NTT dinilai mampu memutus mata rantai perdagangan manusia di daerah itu..

"Program ini secara tidak langsung memberikan efek untuk memutus mata rantai maraknya kasus `human trafficking` di NTT khususnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan," kata SCILD Project Manager Plan Internasional Indonesia Yedityah Mella di Desa Tesiayofanu, di Soe, Kamis, (6/4)

Program SCILD merupakan program dari Plan Internasional Indonesia Area Timor yang mendapatkan dukungan dana dari Uni Eropa dalam rangka mendukung program Pemerintah NTT.

Program yang dilakukan adalah memberdayakan 2.000 anak muda di lima kabupaten di NTT untuk menjadi peternak, baik untuk ternak sapi, ayam, serta babi. Dari 2.000 anak tersebut ada sekitar 65 persen atau 1.300 anak muda didominasi oleh kaum wanita.

"Lima kabupaten yang mendapatkan kesempatan tersebut adalah Kabupaten Malaka, Kabupaten Belu, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, serta Kabupaten Kupang," katanya.

Yedith mengatakan program SCILD juga diterapkan oleh Plan dalam rangka memberdayakan masyarakat sipil lokal serta membuka lapangan pekerjaan baru bagi remaja yang usianya berkisar 18-29 tahun.

Dalam pelaksaan program itu, Plan mengandeng Yayasan Sanggar Suara Perempuan dan Bengkel APPek untuk memperkuat delapan CSO di NTT menjadi pendorong bagi para perempuan muda dalam meningkatkan partisipasi mereka, agar setara dengan pria dalam pembangunan ekonomi.

Ia juga mengatakan bahwa berkat dari program yang menguntungkan itu, banyak masyarakat dan kaum muda di Desa Tesiayofanu batal bermigrasi ke kota karena sudah mendapatkan manfaat dari program tersebut.

Penerima program dari Desa Tesiayofanu, Kabupaten Timor Tengah Selatan, bernama Buna Misa, mengaku program itu mencegah masyarakat dan anak-anak di desa setempat keluar dari desanya karena telah memiliki penghidupan yang layak.

"Kami merasa sangat terbantu. Saat ini kami tinggal merawatnya nanti kalau sudah satu tahun sapi akan kami jual, dan harga per ekornya mencapai Rp10 juta," katanya.