Kupang (ANTARA) - Kepala Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT, untuk wilayah Flores Timur, Lembata dan Sikka, Antonius Andy Amuntoda mengatakan minimnya sarana penangkapan ikan menjadi salah satu faktor penyebab para nelayan memilih menggunakan bahan peledak.
"Memang ada beberapa faktor yang menjadi penyebab para nelayan melakukan penangkapan ikan menggunakan bahan peledak, tetapi yang paling mendasarkan adalah miniminya sarana dan prasarana penangkapan," kata Antonius Andy Amuntoda, di Kupang, Selasa (10/12).
Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan maraknya penangkapan ikan oleh para nelayan menggunakan bahan peledak di wilayah perairan laut Flores Timur, dan upaya pencegahannya.
Dalam beberapa hari terakhir ini, aparat keamanan wilayah perairan laut menangkap para nelayan yang melakukan penangkapan ikan menggunakan bahan peledak.Kasus terakhir adalah penangkapan sejumlah nelayan yang dilakukan Personel Pos Pengamat (Posmat) TNI Angkatan Laut (AL) Kabupaten Flores Timur pada Jumat, (6/12).
"Para nelayan tidak memiliki alat tangkap yang memadai, sementara kebutuhan hidup semakin besar sehingga mereka terpaksa mengambil jalan pintas dengan melakukan pengeboman ikan," katanya.
Faktor lain adalah karena kurang pembinaan kepada nelayan sehingga kesadaran nelayan akan pentingnya ekosisistem laut menjadi sangat kurang.
Selain itu, karena ada pembeli ikan dan penyuplai bahan baku bom ikan dari Makassar yang masuk ke wilayah Flores Timur, kata Andy Amuntonda.
"Bahan baku bom ikan itu berupa pupuk matahari yang diselundupkan dari Makassar, melalui wilayah perairan laut dengan menggunakan kapal-kapal nelayan," katanya.
Ia mengatakan telah melakukan pembinaan kepada perusahaan-perusahaan perikanan di Flores Timur, Lembata dan Maumere, Sikka agar tidak menerima ikan hasil tangkapan nelayan yang menggunakan bom ikan.
"Upaya kami adalah melakukan upaya pembinaan ke perusahaan perikanan di wilayah itu, untuk tidak menerima ikan hasil tangkapan menggunakan bom ikan," kata Amuntoda.