Penerapan EBP belum dilaksanakan di NTT

id EBP keperawatan

Penerapan EBP belum dilaksanakan di NTT

Sejumlah pembicara sedang memberikan penjelasan soal EBP kepada mahasiswa serta perawat di Kupang. (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha).

Penerapan berbasis praktek atau Evidence Based Practice (EBP) dalam dunia medis tampaknya belum dilaksanakan di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kupang (ANTARA) - Penerapan berbasis praktek atau Evidence Based Practice (EBP) dalam dunia medis tampaknya belum dilaksanakan di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dosen Program Studi (Prodi) Ners Manajemen Keperawatan Universitas Citra Bangsa Kupang Petrus KS Tage disela-sela seminar tersebut, Sabtu (1/2) mengatakan bahwa pelaksanaan seminar dan pelatihan EBP yang dilakukan pihaknya sebagai pemacu untuk menerapkan EBP itu di provinsi berbasis kepulauan itu.

"Sebenarnya EBP ini bukan merupakan hal yang baru bagi dunia keperawatan, hanya saja saat ini di NTT belum mulai diterapkan," ujarnya.

Padahal, lanjut dia tujuan penerapan EBP itu sendiri adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, meningkatkan pelayanan dengan terlebih dahulu mengutamakan keselamatan pasien serta mampu menurunkan biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit bagi pasien.

Ia menjelaskan bahwa Seminar dan Pelatihan yang digagas oleh sejumlah mahasiswa dari Prodi Ners dengan menghadirkan sejumlah pembicara handal dalam bidang EBP seperti Dr. Linlin Lindayani dari Jawa Barat dan beberapa pembicara lainnya bertujuan untuk memperkenalnya EBP itu kepada perawat-perawat yang hadir dalam seminar itu.
Dr. Linlin Lindayani sedang memberikan penjelasan kepada perawat dan mahasiswa yang mengikuti seminar tentang EBP dalam keperawatan di Kupang. (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)
"Tujuan kita mengelar seminar ini sebenarnya terlebih dahulu memperkenalkan apa itu sebenarnya EBP kepada sejumlah peserta yang hadir," tambah dia.

Sebelumnya, kata dia sejumlah perawat dari Ners UCB sudah berpraktek tersebut dahulu pada Jumat (31/1).

Praktek yang dilakukan berupa melakukan penelitian di rumah sakit dengan cara menanyakan kepada pasien terkait sakit yang dideritanya, kemudian hasil riset dibahas di kampus untuk mencari tahu penyakit yang diderita pasien.

"Pada intinya penerapan EBP ini sebenarnya untuk meminimalisir terjadinya kesalahan yang dilakukan oleh rumah sakit atau perawat kepada pasien," sebut dia.

Selama ini, jelas dia sejauh ini penerapan perawatan atau pelayanan bagi pasien dilakukan sesuai dengan apa yang didapat di kampus, sehingga pelayanannya terlihat monoton saja.

Tetapi dengan adanya EBP itu perawat yang mendapatkan masalah di RS bisa melaporkan ke RS tersebut agar bisa diriset lagi oleh kampus sehingga ada metode baru yang bisa membuat pasien nyaman dengan perawatan.

Dr. Linlin Lindayani, pembicara dalam seminar itu mengatakan bahwa sejauh ini penerapan sudah lama diterapkan di berbagai daerah-daerah Indonesia khususnya di setiap universitas di Indonesia, bahkan dunia.

"Penerapan EBP ini sebenarnya sangat penting, karena selama ini yang saya riset, hasil cukup memuaskan pasien. Pasien mengaku puas dan yang sakit mengaku terbantu," tambah dia.

Ia pun mengatakan bahwa seharusnya penerapan EBP ini harus diterapkan di setiap kampus. Menurutnya apa yang dilakukan oleh Prodi Ners UCB itu adalah pemacu bagi universitas lainnya di NTT untuk melakukan hal yang sama.