"Upaya penyelamatan ekosistem terumbu karang ini butuh partisipasi semua pihak, namun para nelayang harus berada di barisan terdepan dalam upaya konservasi di pusat keanekaragaman hayati laut," katanya kepada Antara di Kupang, Jumat.
Dalam hubungan dengan itu, ia mengharapkan kampanye harus dilakukan secara masif dan simultan pada setiap Coral Triangle Day atau Hari Segitiga Terumbu Karang di beberapa titik lokasi dalam area Coral Triangle.
Imabaun untuk sadar itu merupakan bentuk pengejawantahan dari visi dan misi dari individu-individu, organisasi-organisasi, serta semua pihak yang terkait dalam menjaga ekosistem yang sangat kaya melalui beberapa aktivitas.
Seperti bersih-bersih pantai, makan malam dengan seafood yang ramah lingkungan, pameran pendidikan, bazar dengan tema kelautan, serta perayaan seni di pantai.
Sebelumnya Pimpinan Program Coral Triangle WWF Dr Lida Pet-Soede melalui lamannya www.thecoraltriangle.com/day mengatakan, WWF bersama seluruh masyarakat yang peduli untuk terlibat aktif dalam perayaan Coral Triangle Day, bagaimana pun bentuk positifnya, lalu membagikannya kepada seluruh dunia melalui situs itu.
Dalam situs itu disebutkan kawasan Coral Triangle terbentang sebesar enam juta kilometer persegi dengan beragam species terumbu karang yang ada di bumi ini.
Dikatakan, ekosistem terumbu karang dalam kawasan tersebut menaungi banyak spesies penting lainnya seperti paus, lumba-lumba, pari, hiu, dan enam dari tujuh jenis penyu yang ada di dunia.
Kawasan tersebut juga terbentang di enam negara di Asia Pasifik meliputi Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Timor Leste, dan Kepulauan Salomon.
Menurut Leta Levis, Coral Triangle juga menjadi lokasi berkembangbiak berbagai jenis tuna yang memiliki nilai ekonomi tinggi, serta berbagai macam jenis ikan karang yang menjadi favorit berbagai hidangan.
"Coral Triangle juga menjadi tempat bernaung bagi 120 juta masyarakat pesisir untuk mencari makan dan pendapatan," katanya.
Namun beberapa aktivitas seperti pembangunan pesisir, penangkapan ikan yang merusak, pariwisata yang tidak bertanggung jawab, perdagangan ilegal spesies dilindungi, serta pemanasan global, tengah mengancam ekosistem laut tersebut.
Coral Triangle Day diharapkan dapat menjadi acara tahunan yang dapat dilakukan oleh siapa pun di mana pun sebagai bagian dari perlindungan dan konservasi untuk salah satu kawasan penting di planet ini.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Nusa Tenggara Timur, Ganef Wirgiyanto sebelumnya mengatakan ekosistem terumbu karang di wilayah perairan setempat terus terancam akibat aktivitas manusia yang merusak karang seperti melakukan penangkapan ikan menggunakan bom dan potasium dan cantrang.
"Hingga akhir 2016, terumbu karang di perairan laut NTT yang rusak serius mencapai 23,5 persen dan yang kondisinya rusak sedang sebanyak 58,8 persen. Artinya, saat ini terumbu karang di NTT kondisinya masih baik hanya sekitar 17,6 persen saja," katanya.
Dalam hubungan dengan itu, ia mengharapkan kampanye harus dilakukan secara masif dan simultan pada setiap Coral Triangle Day atau Hari Segitiga Terumbu Karang di beberapa titik lokasi dalam area Coral Triangle.
Imabaun untuk sadar itu merupakan bentuk pengejawantahan dari visi dan misi dari individu-individu, organisasi-organisasi, serta semua pihak yang terkait dalam menjaga ekosistem yang sangat kaya melalui beberapa aktivitas.
Seperti bersih-bersih pantai, makan malam dengan seafood yang ramah lingkungan, pameran pendidikan, bazar dengan tema kelautan, serta perayaan seni di pantai.
Sebelumnya Pimpinan Program Coral Triangle WWF Dr Lida Pet-Soede melalui lamannya www.thecoraltriangle.com/day mengatakan, WWF bersama seluruh masyarakat yang peduli untuk terlibat aktif dalam perayaan Coral Triangle Day, bagaimana pun bentuk positifnya, lalu membagikannya kepada seluruh dunia melalui situs itu.
Dalam situs itu disebutkan kawasan Coral Triangle terbentang sebesar enam juta kilometer persegi dengan beragam species terumbu karang yang ada di bumi ini.
Dikatakan, ekosistem terumbu karang dalam kawasan tersebut menaungi banyak spesies penting lainnya seperti paus, lumba-lumba, pari, hiu, dan enam dari tujuh jenis penyu yang ada di dunia.
Kawasan tersebut juga terbentang di enam negara di Asia Pasifik meliputi Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Timor Leste, dan Kepulauan Salomon.
Menurut Leta Levis, Coral Triangle juga menjadi lokasi berkembangbiak berbagai jenis tuna yang memiliki nilai ekonomi tinggi, serta berbagai macam jenis ikan karang yang menjadi favorit berbagai hidangan.
"Coral Triangle juga menjadi tempat bernaung bagi 120 juta masyarakat pesisir untuk mencari makan dan pendapatan," katanya.
Namun beberapa aktivitas seperti pembangunan pesisir, penangkapan ikan yang merusak, pariwisata yang tidak bertanggung jawab, perdagangan ilegal spesies dilindungi, serta pemanasan global, tengah mengancam ekosistem laut tersebut.
Coral Triangle Day diharapkan dapat menjadi acara tahunan yang dapat dilakukan oleh siapa pun di mana pun sebagai bagian dari perlindungan dan konservasi untuk salah satu kawasan penting di planet ini.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Nusa Tenggara Timur, Ganef Wirgiyanto sebelumnya mengatakan ekosistem terumbu karang di wilayah perairan setempat terus terancam akibat aktivitas manusia yang merusak karang seperti melakukan penangkapan ikan menggunakan bom dan potasium dan cantrang.
"Hingga akhir 2016, terumbu karang di perairan laut NTT yang rusak serius mencapai 23,5 persen dan yang kondisinya rusak sedang sebanyak 58,8 persen. Artinya, saat ini terumbu karang di NTT kondisinya masih baik hanya sekitar 17,6 persen saja," katanya.