Simpai Barnabas Meninggal Usai Kejuaraan Dunia AS

id Barnabas

Simpai Barnabas Meninggal Usai Kejuaraan Dunia AS

Simpai Barnabas Ndjoerumana (kanan) bersama Ketua Harian KONI NTT Andre W Koreh (kiri).

"Simpai Nabas mengembuskan nafas terakhir dalam penerbangan dari San Fransisco menuju Hong Kong pada pukul 04.00 waktu San Fransisco atau pukul 19.00 Wita (5 Agustus waktu Indonesia)," kata Andre W Koreh.
Kupang (Antara NTT) - Sesepuh cabang olahraga Kempo Nusa Tenggara Timur Bernabas Ndjoerumana (simpai Nabas) meninggal dunia usai mengantar anak didiknya bertanding di World Championship Shorinji Kempo di San Mateo, California, AS pada 27 Juli-3 Agustus 2017.

"Simpai Nabas mengembuskan nafas terakhir dalam penerbangan dari San Fransisco menuju Hong Kong pada pukul 04.00 waktu San Fransisco atau pukul 19.00 Wita (5 Agustus waktu Indonesia)," kata Ketua Harian KONI NTT Andre W Koreh melalui pesan WhatsApp yang diterima, Sabtu.

"Almarhum meninggal dunia di atas pesawat Cathay Pasific dengan No penerbangan CX 873 dalam penerbangan dari San Fransisco menuju Hongkong, karena sakit yang memang sudah lama di deritanya yaitu komplikasi jantung dan paru paru," katanya.

Andre Koreh mengatakan, sejak awal rencana keberangkatan, pihaknya sudah menyarankan Simpai Nabas untuk tidak ikut karena melihat kondisi sakitnya.

Namun, karena kecintaan dan kemauan kerasnya untuk menyaksikan anak-anak didiknya bertanding di World Championship Shorinji Kempo di San Mateo, California, AS  dari 27 July 2017 hingga 3 Agustus 2017 sehingga beliau tetap diikutkan dalam rombongan.

Selama di Amerika Serikat, Simpai Nabas selalu bersama anak-anak didiknya, baik saat latihan maupun saat studi sesion selama tiga hari terlebih saat pertandingan, walaupun dengan menahan dan melawan derita sakitnya.

"Selebihnya diluar kegiatan tersebut almarhum istrahat saja di kamar hingga seluruh rangkaian acara selesai dan rombongan Indonesia kembali ke Tanah Air pada 4 Agustus dinihari jam 00.10 waktu San Fransisco dengan Cathay Pasifik," katanya.

Setelah tiga jam penerbangan pulang dari San Fransisco menuju Hongkong, dari total waktu penerbangan San Fransisco - Hongkong selama 16 jam, Simpai Nabas sempat ke toilet beberapa kali dan saat ke toilet yang terakhir, Simpai Nabas keluar dari toilet langsung jatuh dan tidak sadarkan diri.

"Seluruh awak pesawat termasuk pilot dan penumpang yang kebetulan berprofesi sebagai dokter turut membantu menyelamatkan Simpai Nabas, namun Tuhan berkehendak lain," kata Andre Koreh menjelaskan.

"Pada pukul 4 dinihari waktu San Fransisco atau jam 19 00 Wita, Pak Nabas dinyatakan telah meninggal dunia," katanya. Dalam keadaan seperti ini, Pilot dan rombongan Kempo Indonesia sempat berunding di atas pesawat.

"Walau awalnya pilot ingin mendaratkan pesawat ke bandara terdekat yaitu Maryland, namun karena dalam percakapan itu semua berkeras agar perjalanan tetap dilanjutkan ke Hongkong, maka perjalanan diteruskan ke Hongkong," katanya.

Jenazah alarhumm Barnabas Ndjoroemana saat ini sedang berada di rumah Sakit Bandara Hongkong dan jika tidak ada halangan diusahakan untuk ikut diberangkatkan bersama rombongan siang ini ke Jakarta dengan penerbangan Cathay Pasifik CX 777. 

Bantuan Hongkong
Sementara itu, Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya telah berkomunikasi dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hongkong untuk membantu proses pemulangan jenazah Simpai Nabas ke Indonesia.

"Saya sudah menerima kabar dan berkomunikasi dengan Kementerian Luar Negeri, sekaligus dengan KJRI Hongkong untuk membantu urusan administrasi agar jenazah bisa dipulangkan ke Indonesia hari ini," kata Gubernur Lebu Raya.

Jenazah almarhum Barnabas Ndjoroemana saat ini sedang berada di rumah Sakit Bandara Hongkong. Gubernur Lebu Raya berharap, proses administrasi bisa dilakukan secara cepat, agar jenazah almarhum bisa dipulangkan bersama rombongan Kempo NTT dalam penerbangan Hongkong-Jakarta siang ini.

Gubernur Lebu Raya menyatakan pemerintah dan rakyat NTT berduka karena kehilangan Simpai Nabas yang sangat berjasa dalam pengembangan olahraga bela diri Kempo di NTT.

Almarhum telah menghabiskan waktunya untuk mendidik anak-anak yang selalu mengharumkan nama NTT dan Indonesia di kejuaraan nasional maupun dunia.

"Almarhum sedang sakit, tetapi karena semangat dan kecintaannya pada NTT, almarhum ingin menghantar langsung anak-anak untuk bertanding di World Championship Shorinji Kempo di San Mateo, California, AS," katanya.

Kontingan Kempo NTT mewakili Indonesia dalam kejuaraan dunia di Amerika Serikat dan berhasil mendulang enam medali untuk Indonesia. 

Kehilangan
Gubernur Lebu Raya mengatakan NTT telah kehilangan seorang tokoh atau pahlawan olahraga khususnya cabang olahraga Kempo. 

"Masyarakat olahraga turut berduka cita atas meninggalnya Bernabas Ndjoerumana (Simpai Nabas) dan mendoakannya kiranya arwahnya diterima disisi Tuhan," katanya.

Gubernur mengatakan almarhum selain meniti karier di birokrat sampai jabatan terakhir sebagai Sekda Kabupten Kupang, juga menghabiskan waktunya untuk membina cabang olahraga Kempo.

"Almarhum Bernabas Ndjoroemana membina olahraga cabang Kempo sejak berdirinya cabang olahraga tersebut di NTT," kata Lebu Raya dan melukiskan kepribadian almarhum sebagai seorang yang disipilin dan tegas bahkan keras dalam membina anak-anak Kempo. 

Dengan pola pembinaan yang disipilin tegas dan keras, anak-anak atlet Kempo bisa meraih medali emas, perak dan perunggu, berprestasi mengharumkan nama NTT. "Alamrhum hadir membawa atlet ke Kejuaraan Dunia Kempo di California, Amerika Serikat," katanya.

Gubernur NTT mengatakan semangatnya yang luar biasa, sehingga walaupun kondisinya kurang sehat, beliau tetap ikut mendorong dan memberi semangat kepada para atlet Kempo Indonesia yang mengikuti kejuaraan dunia. 

"Rupanya inilah puncak karier beliau di dunia kempo yang dibinanya sejak awal," kata Lebu Raya dan mengharapkan agar hal yang baik yang perlu dicontohi adalah semangat hidupnya yang luar biasa, disipilin tegas dan kerja keras.