Lembata kekurangan alat tes cepat bagi pengungsi erupsi Ili Lewotolok
Kami sebenarnya sudah merencanakan untuk me-rapid test para pengungsi, namun saat ini jumlah alat rapid test yang kami miliki hanya mencapai 200 unit
Lewoleba (ANTARA) - Pemerintah kabupaten Lembata menyatakan bahwa pihaknya kekurangan alat tes cepat atau rapid test untuk mengetes kesehatan 7.990 pengungsi sebagi upaya mencegah penyebaran COVID-19 di lokasi pengungsian.
"Kami sebenarnya sudah merencanakan untuk me-rapid test para pengungsi, namun saat ini jumlah alat rapid test yang kami miliki hanya mencapai 200 unit," kata Bupati Lembata Eliyaser Yentji Sunur kepada wartawan di Lewoleba, Kabupaten Lembata, Jumat, (4/12).
Ia mengatakan adanya potensi penyebaran COVID-19 di lingkungan pengungsian, karena sampai dengan saat ini ribuan pengungsi itu belum juga dilakukan pemeriksaan kesehatan terkait penyebaran COVID-19.
Baca juga: BNPB: Prokes harus diterapkan di lokasi pengungsian
Bupati mengaku masih terus berusaha untuk mendapatkan lebih banyak alat tes cepat tersebut sehingga seluruh pengungsi yang tersebar di 12 lokasi pengungsian di ibu Kota Lewoleba itu bisa terlayani.
Orang nomor satu di Pemerintah Kabupaten Lembata itu menambahkan agar bisa maksimal pemanfaatan alat tes cepat yang jumlahnya hanya 200 unit itu, petugas kesehatan akan melakukan tes cepat bagi pengungsi dengan gejala-gelaja tertular COVID-19, sehingga bisa mencegah lebih awal.
"Untuk sementara sambil menunggu kiriman lagi, kami akan tes dulu yang bergejala, seperti keluhan badan sakit, demam, dan lainnya. Yang sehat-sehat saja, nanti saja, " ujar dia.
Selain itu, ujar dia, juga ada beberapa staf dari Kementerian Kesehatan yang sudah dikirim ke Lewoleba untuk mengedukasi petugas kesehatan di kota itu untuk mencegah penyebaran COVID-19 di lokasi pengungsian.
Baca juga: Warga di zona merah Gunung Ili Lewokotok dievakuasi
Para petugas kesehatan di Lewoleba, ujar dia, sudah dilatih bagaimana mengedukasi pengungsi agar bisa lebih memperhatikan protokol kesehatan pencegahan penyebaran COVID-19.
Sementara itu laporan Gugus Tugas Pencegahan COVID-19 Lembata, jumlah warga yang terpapar COVID-19 dan pasien yang masih terawat mencapai 32 orang. Mereka saat ini sedang dirawat intensif di RSUD Lewoleba.
"Kami sebenarnya sudah merencanakan untuk me-rapid test para pengungsi, namun saat ini jumlah alat rapid test yang kami miliki hanya mencapai 200 unit," kata Bupati Lembata Eliyaser Yentji Sunur kepada wartawan di Lewoleba, Kabupaten Lembata, Jumat, (4/12).
Ia mengatakan adanya potensi penyebaran COVID-19 di lingkungan pengungsian, karena sampai dengan saat ini ribuan pengungsi itu belum juga dilakukan pemeriksaan kesehatan terkait penyebaran COVID-19.
Baca juga: BNPB: Prokes harus diterapkan di lokasi pengungsian
Bupati mengaku masih terus berusaha untuk mendapatkan lebih banyak alat tes cepat tersebut sehingga seluruh pengungsi yang tersebar di 12 lokasi pengungsian di ibu Kota Lewoleba itu bisa terlayani.
Orang nomor satu di Pemerintah Kabupaten Lembata itu menambahkan agar bisa maksimal pemanfaatan alat tes cepat yang jumlahnya hanya 200 unit itu, petugas kesehatan akan melakukan tes cepat bagi pengungsi dengan gejala-gelaja tertular COVID-19, sehingga bisa mencegah lebih awal.
"Untuk sementara sambil menunggu kiriman lagi, kami akan tes dulu yang bergejala, seperti keluhan badan sakit, demam, dan lainnya. Yang sehat-sehat saja, nanti saja, " ujar dia.
Selain itu, ujar dia, juga ada beberapa staf dari Kementerian Kesehatan yang sudah dikirim ke Lewoleba untuk mengedukasi petugas kesehatan di kota itu untuk mencegah penyebaran COVID-19 di lokasi pengungsian.
Baca juga: Warga di zona merah Gunung Ili Lewokotok dievakuasi
Para petugas kesehatan di Lewoleba, ujar dia, sudah dilatih bagaimana mengedukasi pengungsi agar bisa lebih memperhatikan protokol kesehatan pencegahan penyebaran COVID-19.
Sementara itu laporan Gugus Tugas Pencegahan COVID-19 Lembata, jumlah warga yang terpapar COVID-19 dan pasien yang masih terawat mencapai 32 orang. Mereka saat ini sedang dirawat intensif di RSUD Lewoleba.