Pengamat Apresiasi Peningkatan Kredit BPR

id Bank BPR

Pengamat Apresiasi Peningkatan Kredit BPR

Dr James Adam

"Bayangkan kalau sebagian besar porsi dana pihak tiga itu ditampung nasabah di bank dalam bentuk deposito sebesar 72 persen dan tabungan 28 persen. Ini suatu langkah maju yang perlu diapresiasi," kata James Adam.

Kupang (Antara NTT) - Pengamat ekonomi Dr James Adam mengapresiasi kinerja Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mencatat peningkatan penyaluran kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di wilayah Bali dan Nusa Tenggara hingga mencapai Rp10 triliun pada September 2016.

"Ini sangat luar biasa, karena peningkatan kredit BPR di tiga provinsi itu didominasi kredit produktif sebesar 63,4 persen atau sekitar Rp6,4 triliun yang terdiri dari kredit modal kerja sebesar 51 persen atau Rp5,1 triliun dan kredit investasi sebesar 12 persen atau Rp1,2 triliun," katanya kepada Antara di Kupang, Senin.

Mantan Dekan Fakultas Eknomi Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang itu mengatakan hal itu menanggapi peningkatan penyaluran kredit Bank Perkreditan Rakyat di wilayah Bali dan Nusa Tenggara yang meningkat sebesar Rp10 triliun pada September 2016 dan dampaknya bagi nasabah dalam wilayah setempat.

Ia mengatakan peningkatan itu terjadi karena kemampuan penyaluran kredit dari pihak perbankan dan keberhasilan perbankan menghimpun dana pihak ketiga yang meningkat 15,35 persen atau mencapai Rp1,2 triliun dari hampir mencapai Rp8 triliun pada September 2015 menjadi Rp9,2 triliun pada September 2016.

"Bayangkan kalau sebagian besar porsi dana pihak tiga itu ditampung nasabah di bank dalam bentuk deposito sebesar 72 persen dan tabungan 28 persen. Ini suatu langkahyang maju yang perlu diapresiasi," katanya.

Kepala OJK Regional VIII Bali dan Nusa Tenggara, Zulmi usai menyampaikan evaluasi kinerja BPR Bali dan Nusa Tenggara di Denpasar, Senin, mengatakan penyaluran kredit BPR di Region setempat meningkat 9,59 persen mencapai Rp883 miliar dari Rp9,21 triliun menjadi Rp10 triliun.

Sedangkan pertumbuhan tabungan mencapai 10,4 persen atau Rp244 miliar dari Rp2,34 trilun menjadi Rp2,58 triliun.

Meski realisasi kredit meningkat, namun menurut dia angka kredit bermasalah (NPL) di Bali dan NTB meningkat sedangkan di NTT menurun tipis dari 6,50 persen menjadi 6,20 persen.

NPL BPR di Bali meningkat dari 2,69 persen menjadi 5,75 persen selama sembilan bulan terakhir namun angka itu masih dibawah rasio nasional yang mencapai 6,56 persen.

Di NTT saat ini James hingga 2015 terdapat sekitar 11 BPR (bank perkreditan rakyat) yang beroperasi di NTT. Dari 11 BPR tersebut, semuanya berkategori sehat. Bahkan pertumbuhan BPR di NTT lebih baik dibandingkan secara nasional.

"BPR di sini memiliki permodalan kuat, administrasi masih bagus dan manajemennya masih baik. Memang dalam perkembangan ada yang naiknya cepat, lambat, datar, dan agak menurun, namun kondisinya semua masih bagus. Permodalan yang dimiliki sudah di atas standar dari delapan persen, bahkan ada yang memiliki modal di atas 40 persen.