Pertumbuhan Ekonomi NTT 5,01 Persen

id Ekonomi NTT

Pertumbuhan Ekonomi NTT 5,01 Persen

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (tengah) didampingi Gubernur Frans Lebu Raya (kiri) dan Ketua DPRD NTT Anwar Pua Geno (kanan) saat peresmian Gedung BI Cabang Nusa Tenggara Timur di Kupang. (Foto ANTARA/Kornelis Kaha)

Bank Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan II 2017 mencapai 5,01 persen atau mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan I 2017 yang hanya mencapai 4,98 persen (yoy).
Kupang (Antara NTT) - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Nusa Tenggara Timur mencatat pertumbuhan ekonomi daerah ini pada triwulan II 2017 mencapai 5,01 persen atau mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan I 2017 yang hanya mencapai 4,98 persen (yoy).

Data hasil kajian ekonomi dan keuangan regional Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diterima Antara di Kupang, Selasa menyebutkan walaupun mengalami peningkatan, namun sedikit melambat jika dibandingkan triwulan II 2016 yang mengalami pertumbuhan 5,35 persen (yoy). 

Pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga seiring adanya gaji ke-14 bagi PNS dalam rangka tunjangan Hari Raya Idul Fitri serta pembentukan modal tetap bruto (PMTB) seiring realisasi investasi pembangunan infrastruktur/bangunan oleh pemerintah.

Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT triwulan II 2017 mencapai 5,01 persen (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan I 2017 yang sebesar 4,98 persen (yoy) dan melambat dibandingkan periode yang sama tahun 2016 yang tumbuh 5,35 persen (yoy).

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT tercatat sama dengan nasional yang sebesar 5,01 persen (yoy). Adapun total PDRB Provinsi NTT pada triwulan I 2017 mencapai Rp 22,25 triliun.

Pendapatan
BI Kantor Perwakilan Nusa Tenggara Timur juga mencatat, realisasi pendapatan pemerintah di Provinsi NTT pada triwulan II-2017 tercatat Rp11,74 triliun atau 46,06 persen dari total rencana pendapatan tahun 2017 sebesar Rp 25,48 triliun.

Realisasi pendapatan ini menurun sebesar 0,64 persen sebagai dampak penyesuaian pos pendapatan APBN. Di sisi lain, realisasi belanja pemerintah mencapai 8,91 persen atau lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan I 2016 dan triwulan I 2015 yang sebesar 8,70 persen dan 7,30 persen.

Sementara tingkat inflasi Provinsi NTT pada triwulan II 2017 masih cukup terkendali, tercermin dari nilai inflasi yang hanya sebesar 2,45 persen (yoy) jauh di bawah rata-rata nasional yang sebesar 4,37 persen (yoy) atau rata-rata tiga tahun terakhir yang mencapai 4,49 persen (av-yoy).

Kondisi cuaca yang relatif terkendali mampu membuat harga bahan makanan mengalami penurunan di sepanjang triwulan II 2017, dan berkontribusi besar dalam menjaga inflasi di tengah kenaikan permintaan karena adanya berbagai libur keagamaan dan sekolah serta tambahan gaji ke-13 dan THR.

Hasil kajian menunjukkan pula, angkutan udara menjadi penyumbang utama tingginya inflasi komoditas pada triwulan II 2017 dengan kenaikan hingga 26,25 persen (yoy) dibanding tahun sebelumnya dikarenakan tingginya permintaan angkutan udara menjelang hari raya Idul Fitri dan libur sekolah. 

Penyaluran kredit
Bank Indonesia juga mencatat bahwa penyaluran kredit di wilayah provinsi berbasis kepulauan ini pada triwulan II 2017 secara keseluruhan mencapai Rp24,13 triliun atau tumbuh sebesar 11,03 persen (yoy).

Disebutkan, pertumbuhan penyaliran kredit tersebut melambat dibandingkan triwulan I 2017 maupun periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 19,00 persen (yoy) dan 14,93 persen (yoy).

BI juga mencatat, risiko kredit bermasalah di Provinsi NTT sampai triwulan II 2017 dinilai masih cukup terkendali.

Rasio kredit bermasalah terhadap total penyaluran kredit pada triwulan II 2017 tercatat sebesar 2,29 persen, sedikit meningkat dibandingkan triwulan I 2017 (2,04 persen) maupun periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,84 persen.

BI juga menilai, kinerja sistem keuangan di Provinsi NTT sampai dengan triwulan II 2017 nisbi stabil, sejalan dengan kestabilan perekonomian daerah.

Sistem pembayaran 
Pada triwulan II 2017, aktivitas sistem pembayaran menunjukkan adanya peningkatan yang cukup besar yang terlihat dari "net-outflow" atau uang yang beredar lebih banyak dari uang yang disetor di NTT sebesar Rp1.356,41 miliar atau tumbuh 43,42 persen (yoy) dibanding triwulan II 2016 yang menunjukkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat.

Peningkatan kegiatan pembayaran tersebut terutama disebabkan oleh adanya pembayaran gaji ke-14, 13 dan THR yang membuat perbankan menambah penyediaan dana tunai untuk mengantisipasi tingginya penarikan nasabah.

Selain itu, adanya tahun ajaran baru, Hari Raya Idul Fitri, maupun libur sekolah juga meningkatkan konsumsi rumah tangga dan pemerintah dibanding triwulan sebelumnya ataupun pengeluaran pendidikan oleh rumah tangga.

Bank Indonesia memprediksi, ke depan, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT triwulan IV 2017 diperkirakan tumbuh pada rentang 5,1-5,5 persen (yoy).

Sementara perkembangan pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT sepanjang tahun 2017 diperkirakan berada pada rentang proyeksi 4,9 persen-5,3 persen (yoy), sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan tahun 2016 sebesar 5,18 persen (yoy).

Adapun inflasi pada triwulan IV 2017 diperkirakan berada pada rentang 3,1-3,5 peren (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan 2016 yang sebesar 2,48 persen (yoy).