Proyek Pembangkit Listrik Diharapkan Gairahkan Investor

id James Adam

Proyek Pembangkit Listrik Diharapkan Gairahkan Investor

Pengamat Ekonomi James Adam (dok).

"Kita berharap ada dampak positif seperti menggirahkan lagi investor di daerah untuk menanamkan modalnya guna meningkatkan daya beli dan kesejahteraan masyarakat di daerah terutama yang berdiam di pedalaman


Kupang, (AntaraNTT) - Ekonom Dr James Adam berharap kehadiran tujuh pembangkit berkapasitas 400 mw dengan nilai investasi Rp6 triliun di NTB dan NTT selain meningkatkan rasio elektrifikasi juga menggairahkan kembali investor untuk menanamkan modalnya di daerah setempat.


"Kita berharap ada dampak positif seperti menggirahkan lagi investor di daerah untuk menanamkan modalnya guna meningkatkan daya beli dan kesejahteraan masyarakat di daerah terutama yang berdiam di pedalaman," katanya di Kupang, Jumat (20/10) kemarin.


Anggota IFAD (International Fund for Agricultural Development) untuk program pemberdayaan masyarakat pesisir NTT, mengatakan hal itu terkait peletakan batu pertama (groundbreaking) tujuh pembangkit yang terdiri atas enam proyek berkapasitas 350 MW senilai Rp4,8 triliun.


Diantaranya di NTT antara lain PLTMG Kupang Peaker 40 MW senilai Rp700 miliar dengan target selesai November 2018, Pembangkit di Dusun Panaf, Kabupaten Kupang, NTT, menyerap 300 tenaga kerja.


Kemudian, Mobile Power Plant (MPP) Flores 20 MW senilai Rp427 miliar di Dusun Rangko, Kabupaten Manggarai Barat, NTT yang diperkirakan menyerap 210 tenaga kerja masa konstruksi dan 25 orang fase operasi.


Menurut dia, umumnya investor mengutamakan kepastian hukum, stabilitas serta fasilitas dasar, seperti jalan, air, listrik, telekomunikasi, dan lainnya sebelum memutuskan untuk menanamkan modalnya di sebuah daerah.


Menurut dia, fasilitas dasar, seperti jalan, air, listrik, telekomunikasi merupakan sarana dan prasarana yang sangat dibutuhkan investor terutama untuk kelancaran dan proses produksi.


Tanpa fasilitas dasar dan sarana prasarana itu, seorang investor tentunya akan mengurungkan niatnya untuk berinvestasi, karena akan terhambat dan merugi.


Di NTT katanya sebelumnya peletakan batu pertama pembangkit energi ini, telah terjadi krisis elektrifikasi hingga mencapai 58 persen.


"Artinya sampai saat ini rasio sekitar 42 persen masyarakat di daerah berbasiskan kepulauan ini belum menikmati penerangan yang bersumber dari Perusahaan Listrik Negara (PLN)," katanya.


Dengan terobosan ini dan dibantu pengembangan energi alternatif terbarukan dapat membantu masyarakat untuk menikmati energi dan kelistrikan merupakan simbol kemerdekaan bagi masyarakat di era reformasi dan kemajuan teknologi yang kian pesat itu.


Menteri ESDM Ignasius Jonan sebelumnya mengatakan pemerintah terus berupaya agar infrastruktur kelistrikan segera terbangun untuk memperluas akses listrik kepada masyarakat dengan harga terjangkau melalui program 35.000 mw beserta infrastruktur pendukungnya.


"Pemerintah berkomitmen meningkatkan rasio elektrifikasi yang saat ini telah lebih dari 93 persen, tahun 2019 minimal 96 persen. Kalau bekerja keras, bisa 99 persen di 2019. Naiknya hampir tiga persen per tahun, ini luar biasa sekali," ujarnya.


Ia menjelaskan, apabila seluruh proyek kelistrikan di NTB dan NTT beroperasi pada 2019, maka bisa memenuhi seluruh kebutuhan listrik di kedua provinsi tersebut.