Kepariwisataan Belum Manfaatkan Keragaman Budaya

id budaya

Kepariwisataan Belum Manfaatkan Keragaman Budaya

Pater Gregorius Neonbasu SVD

Keragaman budaya Nusa Tenggara Timur belum dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan citra kepariwisataan daerah ini.
Kupang (Antara NTT) - Antropolog budaya dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Pater Gregorius Neonbasu SVD berpendapat, keragaman budaya Nusa Tenggara Timur belum dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan citra kepariwisataan daerah ini.

"Sejauh ini jika kita berbicara soal pariwisata, lebih banyak membahas soal komunikasi, transportasi, serta keindahan alam. Namun, hal utama seperti budaya, jarang sekali kita bicarakan," katanya di sela-sela forum diskusi analisis branding kawasan Labuan Bajo di Kupang, Selasa.

Menurutnya, pembangunan pariwisata di NTT jangan menunggu sampai infrastruktur lengkap, karena pemerintah dapat memulai dengan sumber daya budaya masyarakat setempat.

Menurutnya jika menunggu semua infrastruktur lengkap, maka perlu waktu bertahun-tahun untuk menjadi pariwisata NTT sama atau bahkan melebihi Bali atau Lombok.

"Saya kasih contoh negara-negara wisata seperti Fiji. Saya sudah sempat ke sana dan meneliti. Saya mengetahui bahwa untuk mengembangkan pariwisatanya mereka mengembangkan potensi sumber daya budayanya, bukan dengan hal-hal yang bersifat modern. Saya kira, NTT juga bisa begitu," tutur rohaniawan Katolik tersebut.

Pater Gregorius menambahkan, forum diskusi itu merupakan momen bagus agar selain bisa mengangkat branding kepariwisataan Labuan Bajo, tetapi juga membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan budaya NTT yang bisa "dijual" ke wisatawan.

Menurutnya kekuatan budaya masyarakat NTT sekarang ini selain perlu dipromosikan kepada wisatawan, juga dibarengi dengan revitalisasi nilai-nilai lokal.

"Tetapi sebelum sampai ke revitalisasi perlu dilakukan apa yang dinamakan revisitasi atau pengunjungan kembali, kemudian masuk pada peremajaan kawasan wisata, seperti yang dilakukan oleh Bali," tambahnya.

Ia pun berharap agar kawasan wisata Labuan Bajo bisa mempunyai branding tersendiri agar memiliki nilai jual, yang kemudian Labuan Bajo menjadi pintu masuk bagi wisatawan yang akan berkunjung ke kawasan wisata lainnya di NTT.