BMKG sebut gerhana bulan total terjadi 26 Mei

id NTT,BMKG,Stasiun Geofisika Kupang,Gerhana bulan total

BMKG sebut gerhana bulan total terjadi 26 Mei

Ilustrasi - Gerhana bulan total yang terjadi pada Sabtu, 28 Juli 2018. (ANTARA/HO-BMKG)

Proses gerhana bulan total akan berlangsung pada pukul 16.46 Wita hingga berakhir pada 19.28 Wita
Kupang (ANTARA) - Kepala Stasiun Geofisika Kupang Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Margiono mengatakan pada Rabu, 26 Mei 2021 akan terjadi femomena di langit yaitu gerhana bulan total yang biasa disebut super blood moon.

"Proses gerhana bulan total akan berlangsung pada pukul 16.46 Wita hingga berakhir pada 19.28 Wita," kata Margiono di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Selasa, (25/5).

Ia menjelaskan gerhana bulan total terjadi saat posisi Matahari-Bumi-Bulan sejajar. Hal ini terjadi saat Bulan berada di umbra Bumi, yang berakibat, saat puncak gerhana bulan total terjadi, Bulan akan terlihat berwarna merah atau yang disebut blood moon.

Margiono mengatakan karena posisi Bulan saat terjadi gerhana berada di posisi terdekat dengan bumi (Perigee), maka Bulan akan terlihat lebih besar dari fase-fase purnama biasa, sehingga sering disebut dengan Super Moon.

"Dengan demikian gerhana bulan total tanggal 26 Mei 2021 dikenal juga dengan super blood moon karena terjadi saat bulan di Perigee," katanya.

Ia menjelaskan seluruh proses gerhana, sejak fase awal hingga fase akhir akan berlangsung selama 5 jam 5 menit dan 2 detik.

Sedangkan proses gerhana totalnya, sejak awal fase total, puncak total, hingga akhir fase total akan berlangsung selama 18 menit 44 detik.

Baca juga: BMKG imbau warga NTT waspadai banjir rob

BMKG akan melakukan pengamatan Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021 di lokasi-lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia dengan menggunakan teleskop yang dipadukan dengan detektor dan teknologi informasi dan disebarluaskan melalui laman https://www.bmkg.go.id/gbt.

Gerhana bulan total ini dapat disaksikan jika kondisi cuaca cerah-berawan dan aman disaksikan oleh masyarakat dengan mata telanjang, tanpa harus menggunakan kaca mata khusus gerhana.
Baca juga: NTT masuki musim kemarau, menurut BMKG

Pada puncak gerhananya, kata dia, di sebagian besar wilayah Indonesia posisi Bulan dekat dengan horizon di bagian Timur sehingga memungkinkan pengamat untuk dapat mengabadikan kejadian gerhana ini dengan latar depan bangunan yang bersejarah atau ikonis.