Figur Cangkokan Mudah Pisah Ranjang

id Figur

Figur Cangkokan Mudah Pisah Ranjang

Pater Gregorius Neonbasu SVD, PhD

fenomena politik jelang Pemilu Gubernur-Wakil Gubernur Nusa Tengggara Timur pada 2018, lebih banyak menampilkan figur cangkokan sehingga mudah pisah ranjang.
Kupang (Antara NTT) - Antropolog budaya dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Pater Gregorius Neonbasu SVD, PhD menilai fenomena politik jelang Pemilu Gubernur-Wakil Gubernur Nusa Tengggara Timur pada 2018, lebih banyak menampilkan figur cangkokan sehingga mudah pisah ranjang.

"Fenomena ini terlihat jelas dari hasil koalisi NasDem-Golkar yang kemudian berakhir dengan perceraian. Pasangan Jacki Uly (Ketua DPD Partai NasDem NTT)-Melkianus Laka Lena (Ketua DPD Partai Golkar NTT) akhirnya harus pisah ranjang, karena tak mendapat restu," katanya di Kupang, Rabu, mencermati fenomena politik menjelang Pilgub NTT 2018.

Dalam setahun terakhir, kata rohaniawan Katolik itu, udara koalisi antarparpol di NTT (yang berinbas dari suhu politik di pusat) semakin seru menjagokan sejumlah figur, baik yang dibesarkan dari dalam parpol maupun dicangkok dari luar parpol yang diproses melalui rayuan politik praktis dengan berbagai cara.

"Yang paling mengemuka adalah koalisi NasDem-Golkar, yang akhirnya menghasilkan perceraian. Nasib koalisi NasDem-Golkar ke depan, tidak tertutup kemungkinan tercerai berai karena soliditas sejumlah parpol yang telah berkoalisi. Itu adalah sebuah paradigma dalam dunia politik saat ini," katanya.

Ia mengatakan dalam sebuah diskusi dengan beberapa anak muda terkait dengan pesta demokrasi jelang Pilgub NTT 2018, mereka menyodorkan sejumlah figur muda yang sedang bersinar ke pelana panggung politik, seperti Dr Marius Ardu Jelamu yang saat ini menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Timur.

"Perhatian saya sejenak terpana ke figur dan sosok tersebut, apalagi mengenang beberapa puluh tahun silam ketika kami berdua aktif di SEMA STFK Ledalero Maumere dan kami memulai sebuah media komunikasi untuk mahasiswa STFK Ledalero bernama ACADEMICA, yang masih eksis sampai saat ini," ujarnya.

Pertanyaan liar mulai menyebar ketika nama Kadis Pariwisata NTT disebut-sebut sebagai salah satu kandidat Gubernur NTT. "Mungkinkah akan tercipta sebuah poros tengah untuk mengantarai sikut-menyikut antarparpol yang sedang begerilya membangun koalisi saat ini," katanya dalam nada tanya.

Gerilya politik saat ini, menurut Pater Gregor, acapkali membuat bulu kudu merinding. Pertanyaan segera muncul pada pelupuk mata, bilakah suasana hangat gesek menggesek antarparpol untuk berkoalisi, harus meminta bantuan bagi hadirnya sebuah poros tengah?.

Lalu pertanyaan berikut, ke atas pundak sispakah poros tengah itu bisa dikreasi dan dirajut serta dibangun? "Ikhwal poros tengah harus direfleksi secara mendalam dengan menjawab pertanyaan, siapakah yang memiliki wewenang untuk menciptanya, dan ke manakah poros tengah tersebut bergulir setelah eksis?".

Sebelum bergulir, tentu harus dijawab juga masihkah perlu poros tengah untuk meyakinkan masyarakat akan sedemikian banyak figur NTT yang mampu maju untuk bertanding dalam pesta demokrasi pilgub mendatang?

Pater Gregor mengatakan dalam konstelasi dunia politik Indonesia secara umum dan Nusa Tenggara Timur secara khusus, dinamika politik selalu bertumbuh dan berkembang dari kandang partai politik.

Namun hal itu tidak menutup kemungkinan untuk terbit figur brillian dari luar partai politik. Dalam arti sosok dan citra yang dapat dielus dari luar partai politik untuk kemudian dicangkok dalam partai politik tertentu, harus dipertimbangkan sebaik mungkin, agar seterusnya dapat dengan mudah diusung ke pelana percaturan politik untuk meramaikan pesta demokrasi Pilgub NTT pada 2018.

Ia mengatakan dalam diskusi dengan sekelompok anak muda itu, sosok Marius Ardu Jelamu bisa dibidik sebagai salah seorang tokoh muda NTT yang dapat menyemarak pesta demokrasi pilgub mendatang.

"Marius memiliki segudang pengalaman setelah melanglang berbagai belahan dunia, antara lain Fiji, Caledonia Baru, PNG, Belanda, Jepang, Barcelona, Sydney dan Darwin (Australia)," katanya.

Dalam diskusi tersebut, disebutkan bahwa sosok Marius memang masih muda, namun sungguh memiliki pengalaman multi-disiplin kepemerintahan, antara lain pengalaman widyaswara, diklat, perusahaan Negara, mantan kepala biro ekonomi, penjabat bupati Manggarai, Bappeda NTT dan kini Pariwisata NTT.

Namun, yang menjadi pertanyaan, masihkah dinamika dan paradigma politik NTT membutuhkan sebuah poros tengah? Apakah perlu figur baru seperti sosok dari luar parpol agar tidak terkontaminasi dengan berbagai gesekan politik antarparpol untuk membangun koalisi. Atau dicari figur internal parpol yang mampu merangkul semua pihak dan tidak saja kepentingan koalisi parpol?

Mencermati fenomena politik ini, Pater Gregor mengatakan urgensi poros tengah ada pada sebuah cikal bakal politik untuk meredam berbagai perbedaan, dan hanya memusatkan perhatian pada kepentingan Nusa Tenggara Timur secara menyeluruh ke depan.