Jakarta (ANTARA) - Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky mengatakan Bank Indonesia (BI) perlu mempertahankan suku bunga kebijakan di level 3,5 persen, sambil terus memantau perkembangan situasi COVID-19 dan menjaga kondisi finansial agar tetap stabil.
"Kasus infeksi COVID-19 yang mulai menurun secara positif mempengaruhi beberapa indikator makro dan keuangan," ujar Riefky dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin, (20/9).
Menurutnya, hal tersebut ditandai dengan performa Purchasing Managers’ Index (PMI) sektor manufaktur yang menunjukkan adanya sedikit peningkatan yakni dari 40,1 di Juni 2021 menjadi 43,7 pada Agustus 2021.
Perbaikan PMI Manufaktur Indonesia salah satunya disebabkan adanya relaksasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di beberapa daerah yang dimulai sejak akhir Juli 2021.
Selain itu Riefky menilai dukungan dari Dana Moneter Internasional (IMF) untuk negara anggota juga berpengaruh terhadap peningkatan stabilitas dari sisi eksternal.
"Akan tetapi, masih diberlakukannya PPKM membuat perbaikan dan pemulihan ekonomi menjadi lebih terbatas," ucap dia.
Kondisi tersebut, kata Riefky, ditunjukkan dengan angka inflasi yang masih rendah, serta Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) yang masih menunjukkan adanya pola penurunan.
Baca juga: BI sempurnakan ketentuan pasar uang
Lebih dari itu mutasi virus COVID-19 menjadi beberapa varian, mulai dari MU, Lambda, serta C.1.2, juga memberi tekanan lebih lanjut pada aspek kesehatan publik secara khusus dan kondisi ekonomi secara umum.
Baca juga: Gubernur BI pastikan dampak tapering Fed tidak akan sebesar tahun 2013
Oleh karenanya ia menyarankan skenario persiapan menghadapi berbagai varian baru Virus Corona tersebut harus dengan tepat direncanakan, mulai dari jumlah fasilitas kesehatan hingga skema implementasi protokol kesehatan.
Ekonom bilang BI perlu pertahankan bunga acuan di level 3,5 persen
Kasus infeksi COVID-19 yang mulai menurun secara positif mempengaruhi beberapa indikator makro dan keuangan