Moskow (ANTARA) - Pihak Armenia dan Azerbaijan pada Selasa (16/11) mengumumkan gencatan senjata di perbatasan mereka, kata Kementerian Pertahanan Armenia setelah Rusia mendesak keduanya agar menghentikan konfrontasi pascabentrokan paling mematikan sejak perang tahun lalu.
Armenia meminta Moskow agar membantu pertahanannya pascapertempuran terparah sejak perang 44 hari pada 2020 antara pasukan etnik Armenia dan tentara Azerbaijan. Perang atas kantong wilayah Nagorno-Karabakh tahun lalu itu menewaskan sedikitnya 6.500 orang.
Konflik keduanya berakhir setelah Rusia, yang mendirikan markas militer di Armenia, menengahi perjanjian damai dan mengerahkan hampir 2.000 penjaga perdamaian ke kawasan tersebut. Turki masuk ke kubu Azerbaijan, yang menguasai kembali wilayah-wilayahnya usai direbut dalam konflik sebelumnya.
"Sejalan dengan kesepakatan yang ditengahi oleh pihak Rusia, baku tembak di bagian timur perbatasan Armenia-Azerbaijan berhenti dan situasinya cenderung stabil," kata kemenhan Armenia.
Kemenhan Azerbaijan belum menanggapi permintaan Reuters untuk berkomentar.
Pada Selasa pagi, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri Nikol Pashinyan via telepon membahas situasi di perbatasan, kata Kremlin.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu juga menelepon menteri pertahanan Armenia dan Azerbaijan, kantor berita Interfax melaporkan.
Kementerian pertahanan Armenia menyebutkan bahwa pasukannya diserang oleh Azerbaijan dan 12 tentara mereka ditangkap, sementara dua posisi tempur di dekat perbatasan dengan Azerbaijan lenyap.
Ketua komite hubungan internasional parlemen Armenia Eduard Aghajanian mengatakan bahwa 15 tentara Armenia tewas.
Baca juga: Perwakilan asing di Kabul desak gencatan senjata pada Taliban
Sementara itu, kementerian pertahanan Azerbaijan mengaku telah meladeni "sejumlah provokasi" berskala besar setelah pasukan Armenia menembaki posisi militer dan bahwa operasi yang mereka jalani berhasil.
Baca juga: Gencatan senjata bertahan saat Mesir bicara dengan Hamas, Israel
Kementerian Luar Negeri Prancis menyatakan sangat prihatin dengan situasi yang memburuk dan meminta kedua negara tersebut agar menghormati gencatan senjata. (Antara/Reuters)