Inflasi di NTT 0,68 persen

id BPS

Inflasi di NTT 0,68 persen

Kepala BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur Maritje Pattiwaellapia (ANTARA Foto/Aloysius Lewokeda)

Badan Pusat Statistik mencatat Nusa Tenggara Timur pada Mei 2018 mengalami inflasi sebesar 0,68 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) 131,96.
Kupang (AntaraNews NTT) - Badan Pusat Statistik mencatat Nusa Tenggara Timur pada Mei 2018 mengalami inflasi sebesar 0,68 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) 131,96.

"Terjadi kenaikan indeks harga pada seluruh kelompok pengeluaran selain kelompok pendidikan menyebabkan inflasi pada Mei 2018 mencapai 0,68 persen," kata kata Kepala BPS NTT Maritje Pattiwaellapia di Kupang, Senin (4/6).

Ia mengatakan angka inflasi itu diakumulasikan dari Kota Kupang yang mengalami inflasi 0,76 persen dan Kota Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka, Pulau Flores yang inflasinya sebesar 0,06 persen.

Maritje mengatakan, kelompok pengeluaran bahan makan merupakan penyumbang tertinggi yang mengalami inflasi sebesar 1,60 persen.

"Memang ini cukup tinggi dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,39 persen," katanya.

Ia menjelaskan, inflasi bahan makanan tertinggi di Kota Kupang sebesar 1,87 persen atau jauh lebih tinggi dengan andil terhadap inflasi provinsi 0,46 persen.

Baca juga: Pertumbuhan ekonomi NTT Triwulan-I 5,19 persen

Sebaliknya, terjadi deflasi untuk kelompok bahan makanan di Kota Maumere sebesar 0,45 persen dan andil 0,14 yang artinya beberapa komoditi dalam kelompok bahan makanan mengalami penurunan indeks harga.

Ia mengatakan, sejumlah komoditi dalam kelompok bahan makanan mengalami perubahan harga cukup signifikan seperti daging ayam ras yang naik sebesar 0,08 persen, daging ayam kampung 0,06 persen.

Selain itu, lanjutnya, harga komoditas bawang merah yang naik cukup tinggi sebesar 0,06 persen, gulai 0,05 persen, ikan naik 0,04 persen, telur ayam ras 0,04 persen, sayur bayam 0,02 persen, dan daun singkong 0,02 persen.

Selain kelompok bahan makanan, lanjutnya, kelompok pengeluaran angkutan udara juga mengalami inflasi sebesar 1,10 persen dengan andil 0,18 persen.

"Pengeluaran transportasi ini juga cukup tinggi andilnya terhadap inflasi. Ini yang perlu disikapi juga pemerintah daerah," katanya.

Maritje menambahkan, pola kondisi inflasi pada Mei 2018 ini berbeda dengan Mei 2017 yang justeru mengalami deflasi 0,01 persen karena belum memasuki masa puasa Ramadhan.

Baca juga: Nilai ITK NTT diperkirakan meningkat hingga 103,94

"Sementara pada pertengahan Mei 2018 masuk bulan puasa sehingga bisa berpengaruh pada harga berbagai komoditas," katanya.

Nilai tukar petani
Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat, nilai tukar petani (NTP) di provinsi setempat pada Mei 2018 sebesar 104,69 persen, naik sebesar 1,02 persen dari April 2018 sebesar 103,07 persen.

"Daya beli petani NTT pada Mei 2018 meningkat dibanding bulan sebelumnya karena biaya produksi yang petani keluarkan sedikit menurun," kata Kepala BPS Provinsi NTT Maritje Pattiwaellapia di Kupang, Senin.

Ia menyebutkan, empat sub sektor mengalami kenaikan sehingga memicu kenaikan nilai tukar petani yakni perikanan 1,85 persen, peternakan 0,12 persen, perkebunan 4,24 persen, dan holtikultura naik sebesar 2,08 persen.

Sementara itu, sub sektor pada dan palawija yang menurun sebesar 1,41 persen.

Ia menjelaskan, kondisi indeks harga yang diterima para petani di provinsi berbasiskan kepulauan itu pada Mei 2018 sebesar 134,15 persen atau meningkat 0,69 persen dari April sebesar 133,23 persen.

Sedangkan indeks harga yang harus dibayar petani menurun sebesar 0,33 persen, katanya.

Baca juga: Nilai tukar petani NTT turun 0,82 persen

"Dampaknya pendapatan petani sedikit meningkat, karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari yang diterima," katanya.

Maritje menjelaskan, indeks harga konsumsi rumah tangga pada Mei 2018 menurun atau mengalami deflasi sebesar 0,43 persen.

Sub kelompok yang mengalami deflasi yakni bahan makanan sebesar 1,03 persen yang dipicuh oleh musim panen petani dan penurunan harga berbagai bahan kebutuhan.

Ia mengatakan, sementara biaya produksi petani pada Mei 2018 meningkat sebesar 0,07 persen khususnya pengeluaran belanja modal.

"Misalnya petani harus membeli sprayer terpal, sekop, linggis, dan senter, ada juga untuk transportasi seperti oli, ban sepeda motor, bensin," katanya.

Ia menambahkan, meskipun biaya produksi petani meningkat namun tidak berdampak signifikan dengan harga yang diterima petani sehingga pendapatan mereka meningkat.

Baca juga: Tingkat pengangguran terbuka di NTT turun