Jakarta (ANTARA) - Renault Group, Nissan Motor, dan Mitsubishi Motors Corporation sepakat memperkuat aliansi dengan merumuskan rencana dan tindakan ke depan, terutama dalam menyambut era mobil listrik (electric vehicle/EV).
Aliansi telah menetapkan peta jalan 2030 tentang kendaraan listrik murni dan mobilitas cerdas & terhubung, berbagi investasi untuk keuntungan anggota aliansi dan pelanggannya.
Yang perlu digarisbawahi, bahwa Renault, Nissan, dan Mitsubishi sepakat mengintegrasikan parameter kemungkinan penyatuan platform, pabrik produksi, powertrain, dan segmen kendaraan, menurut pernyataan resmi bersama Renault, Nissan, Mitsubishi dikutip Jumat, (28/1).
Misalnya, platform umum untuk segmen C dan D akan membawa lima model dari tiga merek Aliansi (Nissan Qashqai dan X-Trail, Mitsubishi Outlander, Renault Austral dan SUV tujuh tempat duduk yang akan datang).
Memperkuat proses ini, anggota Aliansi akan meningkatkan penggunaan platform umum di tahun-tahun mendatang dari 60 persen saat ini menjadi lebih dari 80 persen dari 90 model gabungan pada tahun 2026.
Sebagai bagian dari ini, Mitsubishi Motors akan memperkuat kehadirannya di Eropa dengan dua model baru, di antaranya New ASX yang dikembangkan berdasarkan mobil dengan penjualan terbaik Renault.
Dalam mobilitas listrik, Renault, Nissan dan Mitsubishi telah mempelopori pasar EV, dengan lebih dari 10 miliar euro diinvestasikan di bidang elektrifikasi.
Di pasar utama (Eropa, Jepang, AS, China) 15 pabrik Aliansi sudah memproduksi suku cadang, motor, baterai untuk 10 model EV di jalanan, dengan lebih dari 1 juta mobil EV terjual sejauh ini yang telah menempuh 30 miliar e-kilometer.
Membangun keahlian unik ini, Aliansi berakselerasi dengan total 23 miliar euro lebih banyak investasi dalam lima tahun ke depan pada elektrifikasi, yang mengarah ke 35 model EV baru pada tahun 2030.
Aliansi bekerja dengan mitra bersama untuk mencapai skala nyata dan keterjangkauan, memungkinkan untuk mengurangi biaya baterai sebesar 50 persen pada tahun 2026 dan 65 persen pada tahun 2028.
Dengan pendekatan ini, pada tahun 2030, Aliansi akan memiliki total kapasitas produksi baterai 220 GWh untuk EV di seluruh lokasi produksi utama di dunia.
Di luar itu, Aliansi berbagi visi yang sama untuk teknologi baterai all-solid-state (ASSB). Berdasarkan keahlian mendalam dan pengalaman uniknya sebagai pelopor dalam teknologi baterai, Nissan akan memimpin inovasi di bidang ini yang akan bermanfaat bagi semua anggota Aliansi.
ASSB akan memiliki kepadatan energi dua kali lipat dibandingkan baterai lithium-ion cair saat ini. Waktu pengisian daya juga akan sangat berkurang hingga sepertiga, memungkinkan pelanggan melakukan perjalanan lebih lama dengan peningkatan, kenyamanan, kepercayaan diri, dan kenikmatan.
Dengan platform dan elektronik bersama, pada tahun 2026 anggota Aliansi berharap memiliki lebih dari 10 juta kendaraan di jalan dengan 45 model Aliansi yang dilengkapi dengan sistem mengemudi otonom.
Baca juga: Nissan luncurkan pabrik robot canggih atasi krisis tenaga kerja
Baca juga: Nissan Qashqai baru berbahan aluminium
Aliansi Renault, Nissan, Mitsubishi sambut era EV
Aliansi telah menetapkan peta jalan 2030 tentang kendaraan listrik murni dan mobilitas cerdas & terhubung...