Warga perbatasan kesulitan biaya penyambungan listrik

id PLN

Warga perbatasan kesulitan biaya penyambungan listrik

Masyarakat Desa Netemnanu Utara di Kabupaten Kupang, NTT yang berbatasan langsung dengan wilayah Oecusse, Timor Leste, belum bisa menikmati listrik, karena biaya penyambungannya terlalu mahal, Rp3 juta. (ANTARA Foto/dok)

"Kami bersyukur listrik PLN sudah masuk, tetapi terus terang kami yang pendapatan kecil sangat kesulitan untuk menyambung listrik ke rumah kami," kata Idrus Baleri.

Netemnanu Utara, NTT (AntaraNews NTT) - Warga Desa Netemnanu Utara di Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berbatasan wilayah dengan Distrik Oecusse-Ambeno, Timor Leste, mengaku kesulitan biaya penyambungan listrik dari PLN yang sudah masuk ke desa tersebut.

"Kami bersyukur listrik PLN sudah masuk, tetapi terus terang kami yang pendapatan kecil sangat kesulitan untuk menyambung listrik ke rumah kami," kata seorang warga Idrus Baleri kepada sejumlah awak media di Desa Netemnanu Utara, Kecataman Amfoang Utara, Minggu (7/10)..

Ia mengatakan, dirinya belum menyambungkan listrik dengan daya 450 volt ampere (VA) ke rumahnya karena harus mengeluarkan biaya hingga Rp3 juta.

"Kalau mau naik daya ke 900 VA juga harus tambah uang lagi Rp500.000. Jadi kami kesulitan sehingga masih pakai penerangan pelita dari minyak tanah," katanya.

Baleri berharap, pemerintah daerah setempat berkoordinasi dengan pihak PLN untuk memberikan keringanan biaya agar masyarakat setempat bisa menikmati listrik PLN yang sudah masuk ke wilayah perbatasan itu.

Birgita Seno, seorang warga lainnya juga mengaku kesulitan biaya penyambungan, sehingga sampai sekarang belum juga menikmati penerangan dari listrik. "Ini alasan utamanya, kenapa kami belum juga menyambung listrik," ujarnya.

Baca juga: PLN NTT terangi 16 desa di perbatasan

"Biaya penyambungan terlalu mahal, harus siap uang jutaan rupiah, darimana kami mau dapatkan uang sebanyak itu," katanya.

Ia mengatakan, saat ini rumahanya masih menggunakan listrik dari tenaga surya atau sehen yang merupakan bantuan dari anggaran dana desa setempat.

Hanya saja daya yang dimanfaatkan sangat terbatas hanya untuk tiga bola lampu."Tidak bisa untuk cas handphone atau kebutuhan lain," katanya.

Sementara itu, Kepala Desa Netemnanu Utara, Wemfied Komeo, mengatakan listrik di daerah itu sudah mulai masuk sejak tahun 2015 namun banyak keluarga yang belum menikmatinya karena terkendala biaya penyambungan.

"Masih sekitar 140-an kepala keluarga yang belum menikmati listrik, keluhan utama itu biaya pemasangan meteran mahal," katanya.

Ia mengatakan, selain itu masyarakat juga meminta agar listrik PLN bisa beroperasi pada siang hari terutama pada Pukul 06.00-12.00 Wita untuk mendukung aktivitas mereka.

Baca juga: 544 desa di Flores belum dialiri listrik

Selama ini, lanjutnya, listrik PLN hanya beroperasi 12 jam dari pukul 18.00-06.00 Wita, sedangkan banyak aktivitas masyarakat di siang hari yang membutuhkan daya listrik.

"Kalau tidak menyalah 24 jam juga tidak apa-apa, tapi paling tidak siang hari bisa menyalah sehingga ada yang kerja mebel bisa pakai, kemudian juga untuk kebutuhan sekolah maupun kantor desa, dan lainnya," katanya.