Wee Tame, Sumber Air Kehidupan Warga Lolowano

id sumber air

Wee Tame, Sumber Air Kehidupan Warga Lolowano

Wee Tame, Sumber Air Kehidupan Seorang warga di Desa Lolowano, Kecamatan Tanah Righu, Kabupaten Sumba Barat, NTT sedang mengambil air di Wee Tame, salah satu sumber mata air di desa tersebut, Minggu (10/9). (Foto ANTARA/Kornelis Kaha)

"Musim kemarau kali ini membuat kami harus berjalan sejauh enam kilometer menuju Wee Tame untuk mendapatkan sumber air kehidupan di sana," kata Daniel Umbu.
Waikabubak, NTT (Antara NTT) - Sebanyak 200 kepala keluarga di Desa Lolowano, Kecamatan Tanah Righu, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur hanya mengandalkan Wee Tame sebagai sumber air kehidupan di tengah darurat kekeringan yang sedang melanda daerah tersebut.

"Musim kemarau kali ini membuat kami harus berjalan sejauh enam kilometer menuju Wee Tame untuk mendapatkan sumber air kehidupan di sana," kata Daniel Umbu, warga Desa Lolowano saat ditemui Antara ketika sedang mengisi air di sumber mata air Wee Tame, Sumba Barat, Minggu.

Ia menjelaskan untuk menuju ke lokasi mata air yang tak pernah kering itu, masyarakat harus berjalan kurang lebih 6 kilometer untuk mendapatkan air bersih. 

Namun, untuk mendapatkan setetes air kehidupan di Wee Tame, tidaklah mudah, karena jalanannya menanjak sehingga membuat warga kesulitan membawa air pulang yang diisi melalui jerigen ukuran 5-10 liter.

Oleh karena itu, masyarakat desa harus menggunakan kendaraan roda dua atau pun kuda untuk mengangkutnya. "Dengan kendaraan roda dua atau kuda, masyarakat bisa mendapatkan air dalam jumlah banyak," ujarnya.

"Perlu lima sampai enam kali mengangkut air dari mata air ini karena memang kami tidak bisa membawa lebih banyak jerigen, kecuali dengan menggunakan sepeda motor atau pun kuda," katanya.


Warga Desa Lolowano, Sumba Barat, NTT, Minggu (10/9) mengangkut air dengan menggunakan sepeda motor karena jarak sumber mata air Wee Tame dengan pemukiman warga sekitar enam kilometer. (Foto ANTARA/Kornelis Kaha)

Disamping mata air Wee Tame, menurut dia, ada satu lagi sumber mata air, namun jaraknya sangat jauh dan berada di tengah hutan.

Kepala SDN Mata Wee Tame Simon B Buma yang sekolahnya berdekatan dengan sumber mata air tersebut mengatakan sebenarnya sudah ada jaringan pipa air yang telah dipasang dari Wee Tame menuju bak penampungan di Desa Lolowano.

"Namun, jaringan pipa air tersebut telah dirusak orang kemudian mencuri sebagian batangan pipa sehingga masyarakat Desa Lolowano tidak kebagian air," katanya.

Menurut dia, bagi masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas bisa membeli air sebanyak 5000 liter yang dibawa oleh mobil tangki dan harganya mencapai Rp300.000/tangki.

"Pemerintah daerah juga sudah banyak membantu mengatasi masalah kekeringan di daerah itu yakni dengan memberikan sumbangan bak penampungan berupa fiber plastik untuk setiap rumah," tambahnya.


Seorang warga Desa Lolowano, Sumba Barat, NTT menunggang seekor kuda sambil membawa jeringen kosong untuk mengambil air di sumber mata air Wee Tame, Minggu (10/9). (Foto ANTARA/Kornelis Kaha).

Bak penampungan itu digunakan untuk mengisi air bersih yang baik diambil dari mata air maupun dari mobil yang menjual air.

Ia pun berharap agar hujan segera datang sehingga masalah kekeringan dan kesulitan air bersih di desa tersebut dapat teratasi.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Timur merilis sembilan dari 22 kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur dilaporkan mengalami darurat kekeringan, menyusul sumber-sumber mata air mulai mengering, akibat kemarau panjang.

Sembilan kabupaten yang masuk dalam darurat kekeringan itu adalah Flores Timur, Rote Ndao, Timor Tengah Utara (TTU), Belu, Malaka, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya dan Sabu Raijua.

"Sementara itu, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Sumba Barat juga merupakan daerah yang setiap tahun selalu dilanda kekeringan, sehingga pemerintah dan DPRD setempat sudah melakukan antisipasi dengan mengalokasikan dana melalui APBD," kata Kepala BPBD NTT Tini Thadeus.