Kekeringan Picu Titik Api di NTT

id kebakaran

Kekeringan Picu Titik Api di NTT

Hasil foto citra Satelit Tera dan Aqua mencatat sejumlah titik api tumbuh di wilayah Nusa Tenggara Timur akibat kemarau panjang.

BMKG Kupang mencatat munculnya sebaran titik api (hotspot) pada sejumlah tempat di Nusa Tenggara Timur akibat dampak dari kekeringan yang terus menerjang wilayah provinsi kepulauan ini.
Kupang (Antara NTT) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kupang mencatat munculnya sebaran titik api (hotspot) pada sejumlah tempat di Nusa Tenggara Timur akibat dampak dari kekeringan yang terus menerjang wilayah provinsi kepulauan ini.

"Hasil deteksi Satelit Terra dan Aqua menunjukkan bahwa titik-titik api tersebut kemudian memicu terjadinyanya kebakaran pada sejumlah tempat di Pulau Timor, Flores, Lembata dan Sumba," kata Kepala Stasiun Meteorologi El Tari Kupang Bambang Setiatji di Kupang, Jumat.

Dalam sepekan terakhir ini terhitung tanggal 10-15 September 2017 tingkat sebaran titik panas semakin meningkat mencapai 34 hotspot dibanding pekan sebelumnya hanya maksimal 15 titik panas. "Titik panas terbanyak muncul pada tanggal 11 September yaitu sebanyak 34 titik dibanding sebelumnya," katanya.

Di pulau Pulau Timor, seperti di wilayah Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Malaka dan Belu nampak sekali sebaran titik-titik api tersebut berdasarkan hasil foto citra satelit yang dapat terlihat dengan jelas.

Ia mengatakan hasil foto citra satelit itu mencatat ada delapan titik api di daratan pulau Timor, tiga titik api di pulau Flores dan satu titik api di pulau Sumba. "Titik-titik api tersebut, kami yakin menjadi pemicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan di NTT saat ini," katanya.

Ia juga mengharapkan para kepala desa serta camat untuk menjaga wilayahnya masing-masing agar segera mengambil langkah antisipatif jika titik-titik api tersebut kemudian berubah menjadi kebakaran.

DPRD Nusa Tenggara Timur juga mendukung penuh alokasi anggaran dari APBD NTT untuk menanggulangi bahaya kekeringan yang bisa berdampak terhadap ancaman rawan pangan.