Kupang (ANTARA) - Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan BMKG, Maman Sudarisman mengatakan, secara nasional sekolah lapang iklim (SLI) telah menjangkau lebih dari 9.000 peserta yang tersebar di 33 provinsi.
"Secara nasional, sampai akhir 2018, SLI telah menjangkau lebih dari 9000 peserta. Mereka terdiri dari penyuluh pertanian, pemerintah daerah, Babinsa dan petani di 33 provinsi," kata Maman Sudarisman di Kupang, Selasa (29/10).
Dia mengemukakan hal itu, pada pembukaan sekolah lapang iklim (SLI) tentang sosialisasi agroklimatologi II Provinsi NTT tahun 2019.
Menurut dia, sekolah lapang iklim digelar sebagai bentuk pendekatan literasi iklim, yang bertujuan mengurangi risiko iklim ekstrem.
Literasi tersebut berupa pelatihan dalam bentuk konsep, dan praktek yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keaksaraan petani tentang informasi iklim, katanya menjelaskan.
Dia menambahkan, sejak tahun 2011, BMKG telah menyelenggarakan kegiatan SLI secara bertahap di provinsi sentra pangan Indonesia, sebagai bentuk pendekatan literasi iklim guna mengurangi risiko iklim ekstrem.
Baca juga: Ada tiga tahap sekolah lapang iklim
Baca juga: Kadistan harapkan SLI dilaksanakan di seluruh NTT
"Literasi itu berupa pelatihan dalam bentuk konsep dan praktek-praktek, yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keaksaraan petani tentang isi informasi iklim dan pemanfaatannya di bidang pertanian," kata Maman.
Menurut dia, melalui SLI, BMKG telah menjadi contoh sukses pelaksanaan program literasi iklim di negara kawasan Asia Pasifik sejak tahun 2015.
Pada bulan Mei 2018, BMKG diminta Pemerintah Pakistan untuk berbagi pengalaman tentang SLI di bawah naungan kegiatan Unesco.
Bahkan, Pemerintah Timor Leste didanai oleh Global Climate Change Adaption for Timor Leste (GCCA-TL) sudah intensif mendapat pengalaman SLI dari BMKG sejak empat tahun terakhir.
Selain itu, belum lama ini BMKG juga dipercaya untuk memberikan pelatihan bagi para trainner dari negara-negara anggota Colombo Plan di Kawasan Asia Pasifik, kata Maman menambahkan.
Baca juga: SLI diharapkan jadi jembatan peningkatan pemahaman iklim
Baca juga: BMKG Buka SLI di Oemasi
"Secara nasional, sampai akhir 2018, SLI telah menjangkau lebih dari 9000 peserta. Mereka terdiri dari penyuluh pertanian, pemerintah daerah, Babinsa dan petani di 33 provinsi," kata Maman Sudarisman di Kupang, Selasa (29/10).
Dia mengemukakan hal itu, pada pembukaan sekolah lapang iklim (SLI) tentang sosialisasi agroklimatologi II Provinsi NTT tahun 2019.
Menurut dia, sekolah lapang iklim digelar sebagai bentuk pendekatan literasi iklim, yang bertujuan mengurangi risiko iklim ekstrem.
Literasi tersebut berupa pelatihan dalam bentuk konsep, dan praktek yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keaksaraan petani tentang informasi iklim, katanya menjelaskan.
Dia menambahkan, sejak tahun 2011, BMKG telah menyelenggarakan kegiatan SLI secara bertahap di provinsi sentra pangan Indonesia, sebagai bentuk pendekatan literasi iklim guna mengurangi risiko iklim ekstrem.
Baca juga: Ada tiga tahap sekolah lapang iklim
Baca juga: Kadistan harapkan SLI dilaksanakan di seluruh NTT
"Literasi itu berupa pelatihan dalam bentuk konsep dan praktek-praktek, yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keaksaraan petani tentang isi informasi iklim dan pemanfaatannya di bidang pertanian," kata Maman.
Menurut dia, melalui SLI, BMKG telah menjadi contoh sukses pelaksanaan program literasi iklim di negara kawasan Asia Pasifik sejak tahun 2015.
Pada bulan Mei 2018, BMKG diminta Pemerintah Pakistan untuk berbagi pengalaman tentang SLI di bawah naungan kegiatan Unesco.
Bahkan, Pemerintah Timor Leste didanai oleh Global Climate Change Adaption for Timor Leste (GCCA-TL) sudah intensif mendapat pengalaman SLI dari BMKG sejak empat tahun terakhir.
Selain itu, belum lama ini BMKG juga dipercaya untuk memberikan pelatihan bagi para trainner dari negara-negara anggota Colombo Plan di Kawasan Asia Pasifik, kata Maman menambahkan.
Baca juga: SLI diharapkan jadi jembatan peningkatan pemahaman iklim
Baca juga: BMKG Buka SLI di Oemasi