Kupang (ANTARA) - Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Timur meluncurkan Program Pasar SIAP QRIS (Sehat Inovatif Aman Pakai Quick Response Code Indonesian Standard) yang diterapkan di Pasar Oebobo dan Lippo Mall Kupang di Kota Kupang.
"Program Pasar SIAP QRIS hadir melalui kolaborasi BI dengan Kementerian Perdagangan untuk mewujudkan digitalisasi pasar rakyat dan pusat perbelanjaan melalui penggunaan pembayaran non tunai QRIS," kata Kepala Perwakilan BI NTT I Nyoman Ariawan Atmaja dalam acara peluncuran Program Pasar SIAP QRIS di Kupang, Kamis (16/12).
Ia mengatakan di tengah pembatasan aktivitas sosial ekonomi masyarakat dalam rangka pengendalian COVID-19, tren digitalisasi justru mendapatkan momentum.
Baca juga: BI targetkan perluas QRIS untuk retribusi semua pasar Kota Kupang
Baca juga: BI siapkan layanan non tunai dukung DPSP Labuan Bajo
Penggunaan instrumen non tunai, kata dia yang semula terbatas di pertokoan, hotel, dan restoran besar kini mulai digunakan oleh para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) termasuk para pedagang di pasar rakyat.
Ariawan mengatakan, melalui percontohan Program Pasar SIAP QRIS di Pasar Oebobo dan Lippo Mall Kupang serta promosi pengalaman bertransaksi dengan QRIS Natal dan Tahun Baru diharapkan masyarakat dan pedagang dapat menikmati keunggulan dalam bertransaksi secara cepat, mudah, dan aman.
Lebih lanjut ia menjelaskan khusus di Kota Kupang, jumlah pengguna QRIS terus bertumbuh mencapai 29.408 merchant hingga Desember 2021 atau tumbuh 180,83 persen dibandingkan dengan tahun 2020 sebesar 10.472 merchant.
Pemerintah Kota Kupang, kata dia bahkan merupakan yang pertama di NTT dalam mengimplementasikan penggunaan QRIS pada retribusi pasar tradisional.
"Kami berharap dengan peningkatan akseptasi dan transaksi digital dengan QRIS dapat mendorong Kota Kupang menjadi Pemda digital," katanya.
Ariawan menambahkan upaya yang dilakukan BI tidak hanya berhenti pada banyak pengguna yang terpasang QRIS, namun juga bagaimana agar seluruh lapisan masyarakat memanfaatkannya.
Ia mengatakan pada tahap awal Program Pasar SIAP QRIS difokuskan di Kota Kupang sebagai Ibu Kota Provinsi NTT dan ke depan diperluas sehingga dapat dilakukan pada 28 komunitas pasar tradisional se-NTT.
"Program Pasar SIAP QRIS hadir melalui kolaborasi BI dengan Kementerian Perdagangan untuk mewujudkan digitalisasi pasar rakyat dan pusat perbelanjaan melalui penggunaan pembayaran non tunai QRIS," kata Kepala Perwakilan BI NTT I Nyoman Ariawan Atmaja dalam acara peluncuran Program Pasar SIAP QRIS di Kupang, Kamis (16/12).
Ia mengatakan di tengah pembatasan aktivitas sosial ekonomi masyarakat dalam rangka pengendalian COVID-19, tren digitalisasi justru mendapatkan momentum.
Baca juga: BI targetkan perluas QRIS untuk retribusi semua pasar Kota Kupang
Baca juga: BI siapkan layanan non tunai dukung DPSP Labuan Bajo
Penggunaan instrumen non tunai, kata dia yang semula terbatas di pertokoan, hotel, dan restoran besar kini mulai digunakan oleh para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) termasuk para pedagang di pasar rakyat.
Ariawan mengatakan, melalui percontohan Program Pasar SIAP QRIS di Pasar Oebobo dan Lippo Mall Kupang serta promosi pengalaman bertransaksi dengan QRIS Natal dan Tahun Baru diharapkan masyarakat dan pedagang dapat menikmati keunggulan dalam bertransaksi secara cepat, mudah, dan aman.
Lebih lanjut ia menjelaskan khusus di Kota Kupang, jumlah pengguna QRIS terus bertumbuh mencapai 29.408 merchant hingga Desember 2021 atau tumbuh 180,83 persen dibandingkan dengan tahun 2020 sebesar 10.472 merchant.
Pemerintah Kota Kupang, kata dia bahkan merupakan yang pertama di NTT dalam mengimplementasikan penggunaan QRIS pada retribusi pasar tradisional.
"Kami berharap dengan peningkatan akseptasi dan transaksi digital dengan QRIS dapat mendorong Kota Kupang menjadi Pemda digital," katanya.
Ariawan menambahkan upaya yang dilakukan BI tidak hanya berhenti pada banyak pengguna yang terpasang QRIS, namun juga bagaimana agar seluruh lapisan masyarakat memanfaatkannya.
Ia mengatakan pada tahap awal Program Pasar SIAP QRIS difokuskan di Kota Kupang sebagai Ibu Kota Provinsi NTT dan ke depan diperluas sehingga dapat dilakukan pada 28 komunitas pasar tradisional se-NTT.