Kupang (ANTARA News NTT) - Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Timur mencatat indeks harga konsumen di daerah itu mengalami inflasi sebesar 0,82 pada November 2018 setelah empat bulan sebelumnya mengalami deflasi.
"Dari Juli sampai Oktober NTT mengalami deflasi, namun pada November mengalami inflasi 0,82 persen akibat kenaikan harga pada enam kelompok pengeluaran," kata Kepala BPS Nusa Tenggara Timur Maritje Pattiwaellape di Kupang, Senin (3/12).
Ia mengatakan, dari ke-enam kelompok pengeluaran itu, inflasi tertinggi ada pada transportasi dan komunikasi dan jasa keuangan sebesar 3,52 persen dengan andil 0,61 persen.
Ia menyebutkan sejumlah komponen pada kelompok pengeluaran ini yang mengalami kenaikan harga seperti tiket pesawat maupun pulsa telepon dan pulsa internet.
"Untuk transportasi udara menjelang liburan Natal seperti ini harga tiket juga sudah tinggi, selain itu aktivtitas instansi pemerintah maupun swasta yang padat memasuki akhir tahun" katanya.
Selain itu, kelompok pengeluaran bahan makanan juga mengalami inflasi 0,40 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami inflasi 0,36 persen.
Baca juga: NTT alami deflasi 0,69 persen selama September 2018
Kelompok kesehatan mengalami inflasi 0,14 persen, inflasi kelompok sandang 0,10 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga inflasi sebesar 0,03 persen.
"Hanya kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang mengalami deflasi sebsar 0,03 persen," katanya.
Dijelaskannya, inflasi pada November ini mengakibatkan kondisi inflasi di NTT secara tahun kalender tercatat sebesar 1,21 persen dan secara year on year (yoy) sebesar 2,45 persen.
Menurut Maritdje, angka inflasi pada November ini masih terkendali walaupun empat bulan sebelumnya mengalami deflasi.
Ia menambahkan, kondisi indeks harga konsumen pada dua kota inflasi di NTT juga mengalami inflasi di antaranya di Kota Kupang sebesar 0,78 persen dan Kota Maumere mengalami inflasi 0,48 persen.
Baca juga: BPS: Inflasi di NTT masih terkendali