BPS: Inflasi di NTT masih terkendali

id BPS

BPS: Inflasi di NTT masih terkendali

Kepala BPS Nusa Tenggara Timur Maritje Pattiwaellapia. (ANTARA Foto/dok)

Kondisi inflasi di Nusa Tenggara Timur secara tahun kalender (Januari-Agustus) masih terkendali, karena hanya mencatat 1,13 persen pada Agustus 2018.
Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur Maritje Pattiwaellapea mengatakan kondisi inflasi di provinsi setempat secara tahun kalender (Januari-Agustus) masih terkendali, karena hanya mencatat 1,13 persen pada Agustus 2018.

"Secara tahun kalender, inflasi kita di NTT masih jauh terkendali sebesar 1,13 persen atau masih jauh di bawah 3 persen," katanya di Kupang, Jumat (7/9), secara menambahkan dengan kondisi perkembangan harga berbagai komoditas yang terjadi maka kondisi inflasi masih bisa terkendali dengan baik.

Ia menjelaskan harga sejumlah komoditas tercatat menurun yang menyebababkan deflasi pada Agustus seperti bahan makanan yang mengalami deflasi 2,56 persen.

Selain itu penurunan harga juga berdampak deflasi yang terjadi pada kelompok perumahan, air, listik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,26 persen, kelompok sandang 0,15 persen, dan makanan jadi 0,01 persen.

"Kita berharap pemerintah daerah melalui tim pengendali inflasi daerah (TPID) terus mengawal harga sehingga tidak ada gejolak yang signifikan," katanya.

Lebih lanjut, Maritje mengatakan kondisi pertumbuhan ekonomi provinsi setempat mulai menunjukkan trend membaik memasuki triwulan II 2018 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 4,79 persen.

Baca juga: BI perkirakan inflasi meningkat pada akhir 2018
Baca juga: Faktor penerbangan menjadi penyebab terjadinya inflasi di NTT


Menurutnya, pertumbuhan di semester II 2018 akan semakin membaik karena mulai maraknya pengeluaran atau belanja pemerintah maupun swasta yang berdampak pada produk domestik regional bruto (PDRB).

Belanja pemerintah, lanjutnya, memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap kenaikan PDRB setelah konsumsi rumah tangga. 

"Kita lihat sekarang, konstruksi, proyek-proyek multiyears, dan berbagai kegiatan lainnya dari pemerintah dan swasta mulai marak dan biasanya berlangsung hingga akhir tahun sehingga memicu peningkatan PDRB," katanya.