Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur Maritje Pattiwaellapea mengemukakan indeks harga konsumen (IHK) di daerah setempat pada September 2018, mengalami deflasi sebesar 0,69 persen.
"Deflasi terjadi akibat penurunan harga pada beberapa kelompok pengeluaran, terutama yang terbesar pada kelompok bahan makanan sebesar 3,14 persen," katanya di Kupang, Selasa (2/10).
Ia menjelaskan, secara umum harga-harga mengalami penurunan. Kelompok bahan makanan menjadi penyumbang yang cukup signifikan dengan andil 0,75 persen.
Sejumlah bahan makanan yang tercatat mengalami penurunan harga seperti sayur kangkung sebesar 0,17 persen, ikan tongkol 0,10 persen, tahu mentah 0,09 persen, dan sawi putih, 0,07 persen.
Dijelaskannya, deflasi juga terjadi pada kelompok pengeluaran kesehatan sebesar 0,03 persen dengan andil 0,00 persen, serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi 0,62 persen dengan andil 0,11 persen.
Menurut Maritje, secara tahun kalender 2018, daerah setempat mengalami inflasi sebesar 0,43 persen. Sedangkan inflasi secara tahun ke tahun (September 2018 terhadap September 2017) tercatat sebesar 1,90 persen.
Baca juga: NTT alami deflasi 0,45 persen
Baca juga: IHK NTT alami deflasi selama tiga bulan
"Kondisi inflasi kita ini masih cukup terjaga, masih terkendali dengan baik," katanya dan menambahkan pihaknya juga mencatat deflasi 0,45 persen pada Agustus 2018 dengan penyumbang terbesar dari kelompok bahan makanan sebesar 2,56 persen.
Ia berharap, kondisi ini bisa terjaga hingga tiga bulan ke depan meskipun fenomena akhir tahun biasanya mengalami inflasi.
"Ada hari raya Natal dan liburan akhir tahun biasanya membuat harga-harga pada naik sehingga mengalami inflasi, kita berharap nantinya bisa terkendali," katanya