Gubernur NTT: Kelor diolah jadi aneka produk yang bernilai jual

id Kelor

Gubernur NTT: Kelor diolah jadi aneka produk yang bernilai jual

Usaha tanaman kelor di Nusa Tenggara Timur yang bakal diolah menjadi aneka produk yang bernilai jual tinggi. (ANTARA Foto/dok)

"Jika di Jawa Barat disuguhkan minuman daun teh menjadi minuman selamat datang yang khas, maka NTT juga harus melakukannya dengan menyuguhkan daun kelor," kata Gubernur Viktor Laiskodat.
Kupang (ANTARA News NTT) - Gubernur Nusa Tanggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan tumbuhan kelor yang akan diproduksi secara besar-besaran melalui gerakan Revolusi Hijau akan diolah menjadi aneka produk yang bernilai jual tinggi.

"Diversifikasi kelor menjadi beraneka bentuk produk pangan dan olahan seperti teh, sabun, sampo, dan bahan kosmestik lainnya akan dilakukan dalam upaya mendukung gerakan Revolusi Hijau ini," katanya di Kupang, Jumat (21/12).

Ia mengatakan, akan mewajibkan semua kantor pemerintah maupun hotel-hotel dan rumah tangga untuk menyediakan kelor sebagai sajian utama bagi para tamu.

"Jika di Jawa Barat disuguhkan minuman daun teh menjadi minuman selamat datang yang khas, maka Nusa Tenggara Timur juga harus melakukannya dengan menyuguhkan daun kelor," katanya.

Gubernur Laiskodat mengatakan pemerintahannya bersama Wakil Gubernur Josef Nae Soi berkomitmen mendorong produksi kelor menjadi bagian dari kekuatan ekonomi rakyat di provinsi berbasiskan kepulauan ini.

Program kelorisasi, kata dia, untuk meningkatkan perbaikan gizi dan menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur.

Baca juga: ASN di NTT wajib menggunakan sabun daun kelor mulai 2019

"Produksi kelor nantinya untuk kebutuhan masyarakat kita, selain itu diekspor maupun untuk kebutuhan pasar domestik," katanya menambahkan.

Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTT Yohanis Tay Ruba, secara terpisah di Kupang, mengatakan, pemerintah provinsi menargetkan selama lima tahun ke depan akan menamam sebanyak 50 juta pohon kelor.

Dijelaskannya, pengembangan tumbuhan dengan nama ilmiah moringa oleifera itu dilakukan melalui dua klaster yaitu klaster daun kering dan klaster daun serta biji.

"Klaster daun kering ini untuk memenuhi kebutuhan industri, sementara klaster daun dan biji untuk konsumsi dalam rangka meningkatkan gizi masyarakat," katanya.

Ia menambahkan, pengembangan pada klaster daun kering, dimulai dengan demplot secara intensif dan terintegrasi dengan menanam sebanyak 10.000 pohon kelor per hektare.

Sementara klaster daun dan biji dengan cara tanaman lorong (alley cropping) yang ditanam di pematang maupun teras milik masyarakat.

Baca juga: Slank dinobatkan jadi Duta Kelor NTT