Gubernur Laiskodat dorong peningkatan produksi biopestisida untuk pertanian

id pertanian ntt,biopestisida,Gubernur ntt,Viktor

Gubernur Laiskodat dorong peningkatan produksi biopestisida untuk pertanian

Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat memantau produksi biopestisida di UPT Perbenihan, Kebun Dinas, dan Laboratorium Hayati Perkebunan (PKDLHP) di Kabupaten Kupang. ANTARA/HO-Biro Humas Setda Provinsi NTT

Produksi biopestisida mesti terus dikembangkan dan ditingkatkan untuk nantinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat kita...
Kupang (ANTARA) - Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat mendorong peningkatan produksi biopestisida melalui unit pelaksana teknis bidang perbenihan untuk mendukung pengembangan sektor pertanian daerah.

"Produksi biopestisida mesti terus dikembangkan dan ditingkatkan untuk nantinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat kita," katanya dalam keterangan yang diterima di Kupang, NTT, Rabu, (15/2/2023).

Ia mengatakan hal itu saat bersama jajaran melakukan kunjungan ke UPT Perbenihan, Kebun Dinas, dan Laboratorium Hayati Perkebunan (PKDLHP) di Kabupaten Kupang, Pulau Timor.

Laiskodat memantau proses produksi biopestisida di antaranya jamur trichoderma, metarizium dan beauveria yang termasuk agen pengendali hayati untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Laiskodat menekankan bahwa produksi biopestisida perlu ditingkatkan karena sangat bermanfaat bagi bidang pertanian.

"Kita perlu dukung pengembangan biopestisida ini karena mudah dilakukan, ramah lingkungan, dan dapat dimanfaatkan secara luas oleh para petani dan juga ini akan mengurangi ketergantungan kita terhadap pupuk kimia," katanya.

Sementara itu, Kepala UPT PKDLHP Dewi Manek menjelaskan produksi biopestisida di UPT setempat berasal dari bahan alami atau zat organik sehingga mudah didapat, dan lebih ekonomis.

Pihaknya membuat biopestisida dalam skala masal untuk pengendalian hama dan kita sesuaikan dengan permintaan dari kabupaten yang membutuhkan.

Proses pembuatan biopestisida tersebut dimulai dari eksplorasi dan penyediaan isolat, pembuatan starter, dan perbanyakan untuk produksi massal sesuai kebutuhan.

"Jadi akan dipakai untuk perkebunan seperti kelapa, cengkeh dan lain-lain. Ini juga salah satu alternatif yang baik untuk mengurangi ketergantungan para petani pada pupuk kimia," katanya.

Baca juga: Pemprov NTT perluas lahan jagung untuk program TJPS 2023

Baca juga: Karantina Pertanian Kupang belum pastikan babi yang mati akibat ASF