Artikel - Menaruh asa kepada laut

id kawasan konservasi laut,konservasi,ekosistem pesisir,restorasi terumbu karang,budidaya rumput laut,sabun rumput laut,wis,artikel kelautan Oleh Sugiharto Purnama

Artikel - Menaruh asa kepada laut

Petani mengangkut rumput laut usai dipanen di perairan Pulau Lembongan, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali, Selasa (27/6/2023). (ANTARA/Sugiharto Purnama)

Ketika suhu air laut terus mengalami peningkatan akibat pemanasan global, terumbu karang akan rusak, yang membuat biota laut kehilangan tempat tinggal. Kondisi itu dapat memperparah dampak krisis pangan yang dialami oleh manusia...
Dua pemuda yang basah kuyup duduk di atas pembatas ombak. Mereka baru saja turun ke dasar laut, mengambil beberapa terumbu karang untuk dikembangbiakkan di perairan Pulau Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali.
 
Jari-jemari mereka cekatan mematahkan terumbu karang yang tersimpan di dalam kotak plastik berisi air laut.
 
Di bawah naungan Kelompok Nuansa Pulau yang berdiri sejak tahun 2020, mereka melakukan restorasi terumbu karang yang rusak untuk merawat ekosistem laut.
 
I Gusti Ngurah Gede Hartawan (23), salah seorang anggota Kelompok Nuansa Pulau, melalui dukungan pendanaan organisasi nirlaba Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) telah membenam 200 reef stars berdiameter 50 sentimeter ke dasar perairan dengan kedalaman berkisar dua sampai lima meter.
 
Reef stars itu menjadi tempat menempel dan berkembangnya 3.000 fragmen karang dalam proyek restorasi tersebut.
Kelompok Nuansa Pulau, kala itu terbentuk dari para pelajar yang kebingungan tidak ada pekerjaan karena sektor pariwisata mati suri akibat pandemi.
 
Jumlah anggota kelompok itu kini telah berjumlah 30 orang. Selain rutin melakukan restorasi terumbu karang, mereka juga menyediakan jasa wisata bawah laut melalui snorkeling dengan tarif Rp100 ribu per turis.
 
Paket wisata itu sudah termasuk guide yang bertugas memandu para wisatawan untuk menjelajahi kebun terumbu karang dan melihat berbagai jenis ikan yang berenang bebas di antara terumbu karang.
 
Menurut kajian dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), setiap satu hektare terumbu karang yang kondisinya baik mampu memberikan nilai ekonomi mencapai Rp17 miliar per tahun.
 
Nilai ekonomi itu bersumber dari terumbu karang yang berfungsi sebagai lokasi penangkapan berbagai jenis biota laut, baik konsumsi maupun hias, bahan baku farmasi, hingga objek wisata.
 
Indonesia memiliki kawasan konservasi laut seluas 28 juta hektare atau setara 12 persen dari total luas perairan di negara ini. Pemerintah berambisi meningkatkan persentase kawasan konservasi laut menjadi 30 persen pada tahun 2045, saat Indonesia genap berusia satu abad.

Baca juga: Artikel - Saskia, perempuan pejuang mangrove dari kampung Lantebung
 
Bagi Gusti dan 29 pemuda lainnya yang tergabung ke dalam Kelompok Nuansa Pulau, laut bukan sekadar tempat mencari makan, tetapi tempat yang memiliki andil besar terhadap masa depan planet Bumi.
 
Ketika suhu air laut terus mengalami peningkatan akibat pemanasan global, terumbu karang akan rusak, yang membuat biota laut kehilangan tempat tinggal. Kondisi itu dapat memperparah dampak krisis pangan yang dialami oleh manusia.

Baca juga: Artikel - Menebalkan cinta tanah dan air dalam perayaan kemerdekaan
 
Restorasi terumbu karang secara ekologi adalah upaya menjaga ekosistem laut agar biota laut bisa memiliki rumah dan berkembang biak. Ekosistem pesisir yang lengkap, berupa mangrove, lamun, dan terumbu karang, juga mampu menyerap karbon dengan jumlah yang sangat besar. Aktivitas masyarakat Nusa Penida untuk melestarikan terumbu karang menunjukkan bahwa keterliabatan langsung masyarakat dalam aktivitas yang telah menjadi program pemerintah menjadi sangat penting, termasuk upaya masyarakat Nusa Lembongan yang mampu keluar dari krisis saat pariwisata tertimpa masalah. 


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menaruh asa kepada laut