Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Abdul Waseh mengatakan pihaknya bersama Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) dan para pihak lainnya membantu mempromosikan tenun Badui untuk meningkatkan pendapatan mereka.
Keunggulan kain tenun Badui itu banyak corak warna dan motif, di antaranya poleng hideung, poleng paul, mursadam, pepetikan, kacang herang, maghrib, capit hurang, susuatan, suat songket, dan semata (girid manggu, kembang gedang, kembang saka).
Selain itu juga ada motif adu mancung serta motif aros, yang terdiri atas aros awi gede, kembang saka, kembang cikur, dan aros anggeus.
Untuk itu, pihaknya gencar mempromosikan produk UMKM masyarakat adat Badui melalui pameran-pameran, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah setempat maupun Provinsi Banten.
Selain itu, dalam pameran di luar daerah, produk mereka juga diikutsertakan, seperti pameran Investment, Trade, & Tourism (ITT) dan Pekan Raya Jakarta, bahkan promosi ke luar negeri.
Melalui promosi itu maka pemasaran produk-produk tenun Badui bisa menjangkau sasaran lebih luas dan dikenal masyarakat sehingga mendongkrak omzet.
Pemerintah Kabupaten Lebak juga melakukan pembinaan dan pelatihan digitalisasi terhadap perajin tenun masyarakat Badui.
Pemasaran secara daring dinilai cukup membantu peningkatan penjualan produk kerajinan masyarakat adat itu. Saat ini, produksi tenun Badui sebagian besar sudah masuk ke ekosistem digital.
Kerajinan tenun Badui bisa menggulirkan uang sekitar dua sampai tiga miliar rupiah per tahun sehingga menyumbang ekonomi masyarakat adat setempat.
Pemerintah daerah kini tengah melakukan pendataan perajin tenun Badui di pedalaman Kabupaten Lebak. Sebelum Pandemi COVID-19 tercatat sekitar 2.000 unit usaha.
Petugas pendataan melakukan pencatatan usaha kerajinan masyarakat Badui yang tersebar di 68 perkampungan.
"Kami berharap tenun Badui tumbuh dan berkembang sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat adat," katanya.
Warisan budaya