Kupang (ANTARA News NTT) - Pemerintah Nusa Tenggara Timur masih terus mendata kerugian material yang dialami oleh warga yang menjadi korban bencana hidrometeorologi selama kurun waktu Desember 2018 sampai Januari 2019.
"Pendataan awal hanya untuk korban jiwa, tetapi kerugian material masih dihitung, karena para petugas masih terus memantau kejadian-kejadian bencana di daerah," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) NTT Tini Thadeus kepada Antara di Kupang, Jumat (25/1).
Ia mengatakan hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang selama lebih dari sebulan terakhir ini telah memicu terjadinya bencana hidrometeorologi di hampir semua daerah di provinsi berbasis kepulauan itu.
Bencana hidrometeorologi, seperti hujan lebat, banjir, genangan air, pohon tumbang, jalanan licin, rumah roboh, tanah longsor, dan puting beliung.
Dia mengatakan berbagai bencana alam masih terus terjadi di daerah-daerah, baik berupa tanah longsor, banjir, maupun puting beliung.
Kondisi itu, kata dia, menyebabkan para petugas tidak fokus pada pendataan, tetapi lebih pada upaya-upaya memberikan bantuan maupun penanganan darurat kebencanaan.
"Tetapi paling lambat Februari sudah bisa diketahui berapa kerugian maupun kerusakan fasilitas umum akibat bencana pada akhir 2018 dan awal tahun 2019," katanya.
Dia mengimbau masyarakat untuk tetap waspada menghadapi cuaca ekstrem yang masih akan berlangsung dalam beberapa waktu ke depan ini.
Baca juga: Bencana hidrometeorologi tewaskan 12 orang
Baca juga: Sejumlah daerah di NTT dilanda bencana
Kerugian akibat bencana hidrometeorologi masih didata
Pemda NTT masih terus mendata kerugian material yang dialami oleh warga yang menjadi korban bencana hidrometeorologi selama kurun waktu Desember 2018 sampai Januari 2019.