"Letak Parapuar yang masih masuk dalam area perkotaan Labuan Bajo tentu menjadi nilai tambah dari destinasi ini. Kawasan ini juga menjadi area terbaik untuk menikmati sunset dan sunrise dari perbukitan Labuan Bajo. Ke depannya Parapuar diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan destinasi untuk menambah lama tinggal wisatawan di dalam Kota Labuan Bajo, sehingga bisa paralel dengan perputaran ekonomi bagi masyarakat," kata Frans Teguh dalam keterangan yang diterima di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu, (21/2/2024).
Dia menjelaskan upaya pemerintah menggenjot peningkatan kunjungan dan persebaran wisatawan di Labuan Bajo terus dilakukan, salah satunya adalah dengan menambah jumlah destinasi wisata dan atraksi baru di dalam kota dan kawasan penyangga Labuan Bajo yang diharapkan dalam mendorong persebaran wisatawan dan menambah lama tinggal wisatawan di dalam Kota Labuan Bajo.
Dia menambahkan, salah satu aktivasi destinasi wisata baru yang mulai dilaksanakan sejak akhir tahun 2023 adalah di kawasan Parapuar yang merupakan Kawasan Pariwisata Terpadu yang dikelola oleh BPOLBF.
Kawasan ini, kata dia lagi, hanya berjarak 10-15 menit dari Bandara Komodo Labuan Bajo dan menawarkan pemandangan sunrise maupun sunset dari area perbukitan Labuan Bajo. Kawasan ini dikelilingi oleh dua desa dan satu kelurahan penyangga.
Selain Parapuar, pengembangan kawasan penyangga Parapuar juga menjadi fokus pengembangan, seperti aktivasi sanggar budaya dan pemberdayaan UMKM yang diharapkan dapat menjadi daya tarik untuk melengkapi atraksi kawasan dan sekaligus nantinya dapat mengisi pasar pariwisata dalam kawasan.
"Membangun kawasan Parapuar ini kami lakukan secara terintegrasi, sehingga tidak hanya bagian dalam kawasan saja yang dibangun, tetapi juga memastikan bahwa wilayah sekitar juga turut dikembangkan dan terdampak pariwisata secara ekonomi, dan sekaligus menjadi sarana pelestarian budaya, sehingga pelibatan masyarakat setempat menjadi prioritas kami," katanya lagi.
Dia menjelaskan istilah Parapuar merupakan nama yang diambil dari bahasa setempat (Manggarai) yaitu "Para" yang berarti Pintu atau Gerbang dan "Puar" yang berarti Hutan. Pemilihan nama ini didasari oleh prinsip bahwa kawasan ini mengedepankan nilai-nilai keberlangsungan lingkungan dan akan tetap mempertahankan keaslian kawasan yang merupakan hutan produksi, Hutan Nggorang Bowosie.
Kawasan ini nantinya akan menjadi destinasi wisata baru di Labuan Bajo dengan menonjolkan kearifan budaya lokal setempat, pemandangan sunset dengan landscape perbukitan Labuan Bajo dari viewpoint 360 derajat serta 4 zona yang menawarkan suguhan nuansa wisata yang berbeda, yakni zona budaya (cultural district), zona santai (leisure district), zona alam (wildlife district), dan zona petualangan (adventure district).
Selain menjadi salah satu destinasi yang menyuguhkan pemandangan alam, Parapuar juga menjadi lokasi penyelenggaraan event. BPOLBF telah memulai aktivitas kawasan melalui penyelenggaraan Event Picnic Over The Hill (POTH) Vol 1 dan 2 di Zona 1 Kawasan. Tercatat total kunjungan saat pelaksanaan 2 kali event ini adalah sebanyak 3.037 orang.
Ke depannya, aktivasi event dan atraksi wisata di Parapuar juga akan terus dilakukan. Adapun informasi event dan atraksi tersebut akan diinformasikan secara berkala di Instagram @bpolf, @floratama.idn, @picnicoverthehill, Facebook BPO Labuan Bajo Flores, dan TikTok @otoritalabuanbajoflores.
Baca juga: Frans Teguh sebut BPOLBF terbuka jalin kerja sama dengan investor lokal
Baca juga: Dirut BPOLBF : Budaya Manggarai jadi basis nilai pengembangan Parapuar
Baca juga: BPOLBF-PLN-Perumda Wae Mbeliling bahas kolaborasi pembangunan Parapuar
Baca juga: Frans Teguh sebut BPOLBF terbuka jalin kerja sama dengan investor lokal
Baca juga: Dirut BPOLBF : Budaya Manggarai jadi basis nilai pengembangan Parapuar
Baca juga: BPOLBF-PLN-Perumda Wae Mbeliling bahas kolaborasi pembangunan Parapuar
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BPOLBF: Parapuar diharapkan menambah lama tinggal wisatawan