Labuan Bajo (ANTARA) - Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama (Dirut) Badan Pengelola Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) Frans Teguh menekankan pentingnya pengelolaan komunikasi krisis kepariwisataan guna melakukan edukasi bagi publik.
"Harapannya forum ini dapat menjadi pilot project untuk diterapkan di 10 Kabupaten koordinatif lainnya selain Kabupaten Manggarai Barat," katanya dalam keterangan yang diterima di Labuan Bajo, Rabu, (26/6/2024).
Ia menyampaikan hal tersebut dalam Forum Komunikasi Krisis Parekraf Daerah (Forkomda) yang digelar Biro Komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersama BPOLBF di Labuan Bajo.
Forkomda ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai manajemen krisis pariwisata di daerah, sehingga mampu menghadirkan pariwisata dan ekonomi kreatif yang tangguh dan berkelanjutan.
Pariwisata sebagai industri yang rentan terhadap krisis memerlukan upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan reputasi dan citra yang baik, salah satunya melalui tata kelola komunikasi yang efektif.
Frans Teguh menjelaskan komunikasi krisis merupakan hal yang perlu dikelola bersama dan lintas pemangku kepentingan dengan perannya masing-masing perlu memberi edukasi positif kepada publik melalui narasi-narasi positif di media termasuk dalam hal manajemen krisis kepariwisataan.
Kegiatan tersebut dilakukan di Labuan Bajo karena Labuan Bajo sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) dinilai sebagai gerbang pintu masuk menuju destinasi-destinasi lainnya di Flores, NTT.
"Selanjutnya, kami dari BPOLBF bekerjasama dengan Kemenparekraf akan terus membangun komunikasi ke 10 kabupaten koordinatif lainnya di luar Manggarai Barat agar kita punya satu visi yang sama dalam mengelola komunikasi yang efektif dalam menghadapi krisis kepariwisataan," jelas Frans.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno dalam sambutannya secara daring mengatakan tata kelola komunikasi yang efektif sangat dibutuhkan dalam mempertahankan reputasi atau citra dalam industri pariwisata.
"Manajemen komunikasi krisis sebagai upaya terpadu, komprehensif, dan berkelanjutan, dapat membantu kita atau mengurangi dampak negatif ketika krisis kepariwisataan terjadi serta mengambil keputusan dalam menyikapi krisis yang akan terjadi," kata Menparekraf.
Sementara itu, Sekretaris Kemenparekraf Ni Wayan Giri Adnyani juga menyampaikan komunikasi memegang peranan penting dalam pengelolaan destinasi, terutama dalam menyebarkan informasi yang akurat dan tepat.
"Melalui Komunikasi krisis yang efektif, kita dapat memahami risiko yang kita hadapi, memberikan informasi yang lebih lengkap, akurat, tepat, dan cepat serta bisa meredam peredaran misinformasi yang mungkin dapat memperburuk kondisi krisis," katanya.