Artikel - Menjaga populasi elang jawa, sang penguasa langit di Gunung Ciremai
Ya, ini momen langka. Walaupun kebetulan, tetapi saya merasa sangat senang melihat elang jawa di sekitar Gunung Ciremai. Artinya keberadaan hewan ini masih ada...
Gunung Ciremai, yang secara administratif terletak di Kabupaten Kuningan dan Majalengka, memiliki luas wilayah mencapai 14.840 hektare.
Ancala atau gunung tertinggi di Jawa Barat ini tidak hanya terkenal dengan keindahan lanskap alamnya, tetapi juga karena peran strategisnya yang mampu menampung air dalam jumlah banyak untuk kebutuhan masyarakat di sekitarnya.
Selain menyumbangkan air, Gunung Ciremai memiliki keanekaragaman hayati dan vegetasi tumbuhan yang sangat komplit.
Keberadaan Gunung Ciremai dengan peran vitalnya ini mendorong pihak berwenang, yang telah diberikan mandat oleh pemerintah, untuk terus menjaga dan melestarikan ekosistemnya.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah memastikan keberadaan dan peningkatan populasi spesies prioritas yaitu macan tutul, surili serta elang jawa.
Ketiga spesies ini dianggap sebagai kunci dalam menjaga keseimbangan ekosistem, mengingat status mereka yang rentan dan terancam.
Elang Jawa di Gunung Ciremai merupakan salah satu predator puncak, yang kini menghadapi ancaman serius dari perburuan liar hingga kerusakan habitat alami.
Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) Silvia Lucyanti menegaskan bahwa elang jawa merupakan hewan endemik yang statusnya terancam punah. Sehingga upaya pelestarian untuk menjaga populasi spesies ini perlu dilakukan.
Upaya pelestarian ini melibatkan berbagai kegiatan, mulai dari pemeliharaan ekosistem untuk menghindari kebakaran, perburuan liar, hingga perambahan hutan.
Dalam upaya menjaga populasi elang jawa, sejak 2015, TNGC rutin memantau kondisi ekosistem dengan metode konsentrasi, memetakan home range dan core habitat satwa tersebut.
Tim konservasi menggunakan teropong, binokuler, dan kamera untuk memantau sarang dari titik-titik tertentu.
Tim TNGC menghitung perjumpaan burung, mengamati pasangan jantan dan betina, serta memantau proses pengeraman telur hingga masa pengasuhan anakan.
“Kami melakukan dua kali pengamatan setiap tahun. Hasil pengamatan ini dicatat, kemudian didokumentasikan dan dilaporkan progresnya,” ujar Silvia.
Upaya pemulihan kawasan hutan yang terdegradasi juga dilakukan setiap tahun, dengan melibatkan masyarakat sekitar.
Penduduk setempat diberdayakan untuk mengembangkan bibit tanaman dan melakukan penanaman, membentuk hubungan emosional yang kuat dengan hutan.
Hasilnya, populasi elang jawa di Gunung Ciremai kian terjaga serta menunjukkan bahwa habitatnya masih lestari, dengan satwa mangsa yang tersedia dan tingkat ancaman yang rendah.
Balai TNGC mencatat pada 2015, jumlah elang jawa yang terpantau di Gunung Ciremai hanya terpantau sebanyak 15 individu. Namun, berkat upaya konservasi berkelanjutan, populasi spesies ini meningkat menjadi sekitar 40 individu yang tersebar di 12 site monitoring.
Dari 40 individu yang ada, terdiri dari 27 dewasa, 12 remaja, dan satu anakan. Angka ini menunjukkan ekosistem hutan di Gunung Ciremai mampu mendukung perkembangbiakan elang jawa tanpa adanya gangguan berarti.
Keunikan Elang Jawa