BPOLBF: Pengembangan Parapuar Labuan Bajo menggunakan pendekatan 3ECNC

id BPOLBF, Parapuar, Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Pariwisata, 3ECNC, ekologi, wisata

BPOLBF: Pengembangan Parapuar Labuan Bajo menggunakan pendekatan 3ECNC

Destinasi wisata Parapuar Labuan Bajo di Manggarai Barat, NTT. (ANTARA/HO-Divisi Komunikasi Publik BPOLBF)

Atraksi baru di Parapuar, baik itu atraksi alam, atraksi sosial, atraksi budaya, dan atraksi buatan akan mengedepankan asas keseimbangan ekologi lingkungan, budaya, dan sosial masyarakat...
Labuan Bajo (ANTARA) - Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) menggunakan konsep Harmoni dengan alam 3ECNC (Etno-Eco- Edu-Culture and Nature Conservation) dalam pengembangan di Parapuar Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).
 
"Atraksi baru di Parapuar, baik itu atraksi alam, atraksi sosial, atraksi budaya, dan atraksi buatan akan mengedepankan asas keseimbangan ekologi lingkungan, budaya, dan sosial masyarakat," kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama BPOLBF Frans Teguh dalam keterangan yang diterima di Labuan Bajo, Rabu, (28/8).
 
Frans Teguh yang juga Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menjelaskan ketersediaan amenitas dengan entitas lokal yang menyatu dengan alam di Parapuar Labuan Bajo juga diharapkan akan menambah daya tarik wisata karena dinilai akan menjadi sesuatu yang unik.
 
Pengembangan kawasan Parapuar dengan konsep 3ECNC, lanjut dia, merupakan bagian dari upaya BPOLBF untuk mengantisipasi dan memperhatikan proses transformasi budaya.
 
Ia menjelaskan transformasi budaya merupakan proses dinamis yang melibatkan berbagai faktor dan memiliki dampak baik positif maupun negatif. Dalam dunia pariwisata, perubahan atau adaptasi tersebut terjadi dalam budaya lokal karena adanya interaksi dengan wisatawan.
 
"Memahami proses ini sejak awal menjadi penting untuk memastikan bahwa perubahan dapat dikelola ke arah yang positif dengan cara yang mempromosikan keberagaman budaya dan kesejahteraan masyarakat," katanya.
 
Frans Teguh juga menyampaikan pengembangan sebuah destinasi seperti Parapuar dan transformasi budaya dapat saling mempengaruhi dalam cara-cara yang positif jika dikelola dengan bijaksana, seperti dengan melalui pelestarian dan promosi budaya lokal, pendidikan dan kebudayaan dan penguatan identitas lokal.

Baca juga: BPOLBF ucapkan selamat penahbisan Uskup Agung Ende
 
Ia menambahkan dengan pendekatan yang terencana melalui konsep 3ECNC dan memperhatikan transformasi budaya, pengembangan Parapuar didorong untuk dapat menghasilkan sinergi positif yang memperkaya pengalaman budaya, mendukung pelestarian warisan, dan memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat lokal.

Baca juga: BPOLBF gelar forum bersama diaspora NTT di Jakarta dukung investasi
 
"Kunci utamanya adalah memastikan bahwa semua langkah dalam pengembangan Parapuar mempertimbangkan dampak terhadap budaya lokal dan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan pelaksanaan," katanya.