Labuan Bajo (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau para petani dan peternak yang bermukim di dataran tinggi di Kabupaten Manggarai Barat mewaspadai dampak suhu rendah terhadap tanaman dan ternak peliharaan.
"Kondisi ini masih akan berlangsung hingga puncak musim kemarau sekitar bulan Agustus," kata Kepala Stasiun Meteorologi Komodo, Maria Seran di Labuan Bajo, Jumat.
Maria menambahkan berdasarkan data pengamatan BMKG Stasiun Meteorologi Komodo suhu minimum saat ini tercatat sekitar 23 derajat Celcius dan suhu maksimum harian masih mencapai 32 derajat Celcius, kelembapan udara berkisar antara 51-80 persen, angin bertiup dari arah tenggara hingga selatan dengan kecepatan 5-15 knot.
Meski suhu yang terukur tersebut tidak tergolong ekstrem, lanjut dia, kombinasi angin kering dari arah tenggara dan kelembapan udara yang relatif rendah menyebabkan suhu terasa lebih menusuk kulit, terutama di malam hingga pagi hari.
Maria menjelaskan udara yang terasa dingin di Labuan Bajo dan Manggarai Barat secara keseluruhan berkaitan erat dengan aktivitas Monsun Australia.
Saat ini Australia mengalami musim dingin, angin bertiup dari benua tersebut menuju wilayah Indonesia bagian selatan, membawa massa udara kering dan dingin.
"Ini menyebabkan udara di wilayah selatan khatulistiwa seperti NTT, termasuk Labuan Bajo, menjadi lebih dingin pada malam hingga pagi hari," katanya.
Selain itu, langit cerah saat musim kemarau membuat panas yang diserap bumi pada siang hari cepat dilepas kembali ke atmosfer saat malam. Tanpa lapisan awan yang menahan radiasi panas, suhu permukaan turun dengan cepat. Fenomena ini wajar terjadi saat musim kemarau, terutama di wilayah selatan Indonesia.
Meskipun suhu masih dalam kategori normal, masyarakat tetap perlu menjaga kesehatan di tengah suhu malam yang lebih dingin dari biasanya.
"Untuk itu kami mengimbau masyarakat untuk lebih menjaga kondisi kesehatan, gunakan pakaian hangat saat malam hingga pagi hari," katanya.