Wisatawan mengeluh karena dipalak terus sama warga SBD

id Festival Sandelwood

Wisatawan mengeluh karena dipalak terus sama warga SBD

Sejumlah wisatawan yang dibawa operator tour PT Flores Komodo Tours, berpose di Pantai Mbawana, Kabupaten Sumba Barat Daya, Pulau Sumba, Provinsi Nusa tenggara Timur. (ANTARA FOTO/Dok.PT Flores Komodo Tours)

Praktik pemalakan dan pungutan liar (pungli) kepada wisatawan masih marak terjadi pada sejumlah objek wisata di Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.
Kupang (ANTARA) - Pemilik operator tour PT Flores Komodo Tours Oyan Kristian mengemukakan praktik pemalakan dan pungutan liar (pungli) kepada wisatawan masih marak terjadi pada sejumlah objek wisata di Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.

"Beberapa kali saya membawa tamu ke sejumlah destinasi di Sumba Barat Daya, kasusnya sama terus, banyak pungutan liar yang dilakukan warga setempat, dan ada pula wisatawan dipalak," kata Oyan Kristian kepada Antara ketika dihubungi dari Kupang, Senin (10/6).

Ia mengatakan, praktik pungutan liar tersebut terjadi pada sejumlah destinasi di Sumba Barat Daya seperti Tanjung Mareha, Watu Malando, dan Pantai Mbawana. Praktik pungutan liar ini dilakukan dengan berbagai alasan seperti buku tamu untuk tiket masuk, parkiran, dan pemakaian toilet.

Selain itu, lanjutnya, ketika wisatawan berdiri di samping kuda untuk berpose juga harus membayar di luar dari biaya ketika ingin menunggangi kuda. "Apakah ini bukan pemalakan namanya," kata Kristian.

"Anak-anak datang begitu saja berdiri di depan pintu toilet tanpa menginformasikan biaya penggunaan toilet tapi ketika selesai digunakan baru ditodong untuk bayar sekian," katanya.

Oyan Kristian menegaskan kelakuan warga pada di berbagai objek wisata setempat juga telah menimbulkan ketidaknyamanan bagi wisatawan untuk bertahan lebih lama di objek wisata tersebut.

Baca juga: ASITA kritik pungli di Sumba Barat Daya
Presiden Joko Widodo menunggang kuda Sandelwood yang diberikan masyarakat Sumba saat mengunjungi Sumba Barat Daya, NTT, Rabu (12/7/2017). Kunjungan Jokowi ke Pulau Sumba, NTT dalam rangka menutup Parade 1001 Kuda Sandelwood serta membuka Festival Tenun Ikat yang dihadiri 2017 penenun dari seluruh daratan Pulau Sumba. (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)
"Ketika saya membawa para tamu tiba di Pantai Mbawana langsung dikerumuni warga setempat, anak-anak minta uang untuk beli permen, beli buku, dan yang dewasa menyodorkan souvenir terkesan memaksa tamu untuk membelinya," katanya.

Oyan Kristian menyayangkan praktik pungli dan pemalakan seperti ini masih marak terjadi di Sumba Barat Daya (SBD) yang menurutnya telah menghadirkan kesan buruk bagi setiap wisatawan yang berkunjung ke daerah itu.

Ia menambahkan, sebagai pelaku wisata, pihaknya siap membantu mempromosikan berbagai destinasi wisata yang ada di SBD, namun perlu dikelola secara baik untuk memastikan agar betul-betul siap dikunjungi dan bersihkan anak-anak dari perilaku buruk yang suka memalak wisatawan.

Baca juga: Presiden Dinobatkan Sebagai Rato Sumba Barat Daya