Kupang (Antara NTT) - Presiden Joko Widodo mengatakan kontribusi sektor pertanian dan perikanan bagi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Nusa Tenggara Timur mencapai sekitar 30 persen.
"Artinya, produktivitas pertanian dan perikanan harus ditingkatkan karena telah menjadi kunci kesejahteraan bagi sekitar 5,3 juta penduduk di wilayah berbasis kepulauan ini," kata Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya, di Kupang, Sabtu.
Ketua DPD PDI Perjuangan NTT ini mengatakan hal tersebut terkait rapat terbatas yang dipimpin Presiden Jokowi di Jakarta dengan agenda membahas pelaksanaan proyek strategis nasional dan program prioritas untuk NTT dan Sumatera Utara.
"Oleh Karena itu saya minta penyiapan infrastruktur pertanian dan kelautan menjadi prioritas mulai dari pembangunan bendungan, embung sampai pelabuhan, pembangunan waduk serta saluran irigasi di NTT," ujarnya.
Gubernur Lebu Raya mengatakan data yang dikemukakan Presiden Jokowi dalam Ratat itu didasari pada fakta bahwa produktivitas masih menjadi tolak ukur kemajuan sebuah daerah dalam upaya pengentasan kemiskinan, menurunkan tingkat ketimpangan keadilan sosial dan membuka lebih banyak lapangan kerja.
Landasannya adalah demikian Gubernur Lebu Raya, produksi 30 persen PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) NTT berasal dari pertanian dan perikanan.
Dia menyebut produksi padi pada 2015 sebanyak 948.088 ton gabah kering giling (GKG) atau meningkat 14,82 persen atau sebanyak 825.728 ton GKG jika dibandingkan dengan 2014.
Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya luas panen dan produktivitas masing-masing sebesar 7,90 persen dan 6,41 persen.
Sementara produksi jagung Tahun 2015 sebesar 685.081 ton pipilan kering juga meningkat 5,87 persen dari tahun sebelumnya disebabkan oleh peningkatan luas panen.
Demikian pula kata dia komoditas pangan lain seperti kacang-kacangan dan umbi-umbian Tahun 2015 mengalami peningkatan produksi dari tahun sebelumnya (kecuali kacang tanah dan ubi kayu).
Selanjutnya kata dia produksi kedelai meningkat 33,39 persen, kacang tanah menurun 28,66 persen, kacang hijau meningkat 6,53 persen, ubi kayu menurun 5,94 persen, dan ubi jalar meningkat 1,19 persen.
Gubernur dua periode itu mengakui anomali iklim dan cuaca ekstrem dalam tiga tahun terakhir terus melanda Nusa Tenggara Timur telah ikut menghambat berbagai rencana dan proyek startegis nasional di daerah berbasis kepulauan ini.
Dengan iklim yang seni-arid (sebagian kecil basah dan kering) telah membuat para petani di daerah ini keulitan untuk mewujudkan keinginan pemerintah untuk meningkatakan produktivitas guna kesejahteraaan bersama..