Disparitas kemiskinan kota-desa di NTT mencapai 16,07 persen

id BPS NTT

Disparitas kemiskinan kota-desa di NTT mencapai 16,07 persen

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Maritje Pattiwaellapea (ANTARA FOTO/Aloysius Lewokeda)

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat disparitas angka kemiskinan penduduk kota dan desa di provinsi setempat cukup signifikan dengan selisih mencapai 16,07 persen pada Maret 2019.
Kupang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat disparitas angka kemiskinan penduduk kota dan desa di provinsi setempat cukup signifikan dengan selisih mencapai 16,07 persen pada Maret 2019.

"Angka kemiskinan di NTT pada Maret 2019 di wilayah perkotaan sebesar 8,84 persen, sedangkan di desa 24,91 persen, disparitasnya masih sangat tinggi," kata Kepala BPS Provinsi NTT Maritje Pattiwaellape di Kupang, Selasa (16/7).

Persentase kemiskinan yang hitung dengan pendekatan kebutuhan dasar makanan dan nonmakanan masyarakat di NTT pada Maret 2019 mencapai 21,09 persen atau setara dengan 1.146.320 orang. Angka kemiskinan itu meningkat 0,06 persen setara dengan 12.210 orang terhadap September 2018.

Dia menjelaskan penduduk miskin di wilayah perkotaan mengalami penurunan dari September 2018 sebesar 9,09 persen menjadi 8,84 persen pada Maret 2019, sedangkan angka kemiskinan di pedesaan meningkat dari September 2018 sebesar 24,65 persen menjadi 24,91 persen pada Maret 2019.

"Memang sebagian besar penduduk kita di NTT ada di desa sehingga dampak kemiskinan lebih dominan dirasakan," katanya.

Baca juga: Kemiskinan di NTT masih di atas nasional, kata Bappenas

Maritje menyebutkan beberapa faktor memicu angka kemiskinan itu, seperti nilai tukar petani (NTP) petani pada Maret 2018 sebesar 105 persen atau menurun dari September 2018 sebesar 107 persen.

"Menurunnya NTP ini menunjukkan nilai yang diterima petani lebih kecil dibandingkan yang harus dibayar untuk konsumsi maupun usahanya," katanya sembari menambahkan kalau harga konsumsi meningkat sedangkan pendapatan tetap atau menurun, bisa membuat para petani atau warga di desa terpuruk.

Selain itu, katanya, kondisi inflasi di pedesaan juga cukup tinggi selama September 2018 sampai Maret 2019, mencapai 2,19 persen. "Faktor-faktor ini bisa berpengaruh terhadap kenaikan kemiskinan. Di sisi lain juga pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan I 2019 terhadap triwulan IV 2018 mengalami kontraksi -5,62 persen," katanya.

Baca juga: Gubernur NTT bertekad perangi kemiskinan di daerahnya
Baca juga: BPS: Tingkat kemiskinan di NTT 21,35 persen