Prabowo proklamirkan kematian kaum oposan

id kabinet jokowi

Prabowo proklamirkan kematian kaum oposan

Ahmad Atang. (ANTARA/Bernadus Tokan)

Prabowo Subianto telah memproklamirkan kematiam kaum oposan dalam pentas politik nasional, dengan memilih bergabung dalam gerbong kekuasaan.
Kupang (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang Dr Ahmad Atang, Msi menilai Prabowo Subianto telah memproklamirkan kematiam kaum oposan dalam pentas politik nasional, dengan memilih bergabung dalam gerbong kekuasaan.

"Ini menjadi preseden buruk terbangunnya kualitas demokrasi Indonesia masa depan, karena tradisi oposan telah dipatahkan oleh Prabowo Subianto sendiri," kata Ahmad Atang kepada ANTARA di Kupang, Selasa (22/10).

Dia mengemukakan pandangan itu, berkaitan fenomena politik nasional dengan masuknya Prabowo ke dalam kabinetnya Jokowi, dan koalisi 01 yang dibangun partai-partai pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin mulai retak, dan gigit jari setelah Jokowi mulai melunakkan oposisi dan tidak lagi mengakomodir kepentingan politik partai koalisi pendukung 01.

Menurut Ahmad Atang, dalam politik, semua hal bisa saja terjadi, dimana hal yang tidak mungkin menjadi mungkin dan sebaliknya.

Baca juga: Jokowi-Prabowo bahas stabilitas keamanan dan politik
Baca juga: Papua Terkini - Apa kata Prabowo soal kerusuhan di Papua


Ketika Probowo menerima tawaran Jokowi untuk masuk dalam gerbong kekuasaan, maka persepsi yang dibangun adalah matinya oposisi, karena tokohnya telah dijinakkan oleh kekuasaan.

Padahal Jokowi dan Prabowo merupakan rivalitas politik selama dua periode, yang menimbulkan keterbelahan publik.

Namun, kini keduanya harus bergandengan tangan antara atasan dan bawahan, sehingga menggambarkan bahwa Prabowo ternyata tidak konsisten terhadap ucapannya, bahwa akan berada di luar kekuasaan sebagai penyeimbang kekuasaan.

"Pada saat Prabowo tergiur oleh kekuasaan dan masuk dalam gerbong Jokowi, maka secara nyata Prabowo telah memproklamirkan kematian kaum oposan dalam pentas politik nasional," kata Ahmad Atang menambahkan.

Bahwa masih ada PAN dan PKS yang berada di luar kekuasaan sebagai oposan, namun mereka tidak memiliki cukup stamina untuk mengimbangi kekuasaan, karena ketiadaan figur sentral sebagai simbol perlawanan.

Baca juga: Gerindra dinilai paling siap ajukan capres di 2024
Baca juga: Keakraban Megawati-Prabowo bukanlah sebuah kebetulan