Kupang (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang Dr. Ahmad Atang, MSi mengatakan negara Indonesia saat ini sedang mempraktikkan politik layang-layang kepada Front Pembela Islam (FPI).
"Artinya, dalam urusan dengan FPI, pemerintah tidak tegas dalam menerapkan aturan dan selalu tarik ulur," kata Ahmad Atang kepada Antara di Kupang, Sabtu (4/1).
Menurut mantan Pembatu Rektor I Universitas Muhammadiyah Kupang itu, kekuatan negara terletak pada kemampuannya mengendalikan perilaku masyarakat.
"Kasus FPI terkesan negara didikte, namun fakta menunjukkan bahwa ada pembangkangan yang dilakukan oleh FPI agar terkesan pada publik bahwa ormas ini memiliki powerfull, padahal sebenarnya secara realitas FPI berada pada posisi powerless," katanya.
Dengan demikian, kata dia, ormas yang tidak tunduk pada negara harus dilihat sebagai bentuk resistensi, sehingga perlu ditindak jika melanggar hukum. "FPI bukan ancaman, dan bukan pula kekuatan yang harus ditakuti," katanya..
Menurut dia, FPI hanyalah kumpulan orang-orang yang ingin mencari panggung, maka politik kompromistis yang diterapkan oleh negara harus dihentikan dan digantikan dengan politik ketegasan.
"Hal ini penting dilakukan oleh negara agar opini soal FPI tidak digoreng ke mana-mana," demikian Ahmad Atang yang juga dosen pada sejumlah perguruan tinggi di Kupang, NTT itu.
Negara sedang praktikkan politik layang-layang kepada FPI
"Artinya, dalam urusan dengan FPI, pemerintah tidak tegas dalam menerapkan aturan dan selalu tarik ulur," kata Ahmad Atang..