Kekerdilan di NTT karena Faktor Budaya

id Menkes

Kekerdilan di NTT karena Faktor Budaya

Menteri Kesehatan Nila F Moeloek memberikan kuliah Umum di Poltekes Negeri Kupang, Selasa (2/4). (Foto Antara/Kornelis Kaha)

Tingginya angka kekerdilan pada anak (stunting) di Provinsi Nusa Tenggara Timur salah satunya karena faktor budaya.
Kupang (Antara NTT) - Menteri Kesehatan Nila Djuwita Moeloek mengatakan tingginya angka kekerdilan pada anak (stunting) di Provinsi Nusa Tenggara Timur salah satunya karena faktor budaya.

Nila di Kupang, Selasa, menjelaskan pada kunjungan kerjanya beberapa waktu lalu di wilayah perbatasan Atambua bahwa ada budaya yang tidak memberikan air susu ibu (ASI) bagi bayi yang baru lahir.

"Memang ibu-ibunya tidak memberikan ASI, karena dilarang. Mereka tidak diperbolehkan, diasingkan, tidak boleh makan ini itu, mereka terpisah. Jadi ada faktor budaya," kata Nila.

Dia menjelaskan NTT merupakan provinsi dengan kasus kekerdilan nomor dua setelah Sulawesi Barat dengan angka yang mencapai 49-50 persen. "Itu sangat tinggi sekali," ujar Nila.

Oleh karena itu Menkes berharap pada  kementerian/lembaga terkait untuk mengedukasi mengenai masalah budaya yang menyebabkan hasil negatif dan peningkatan kapasitas kaum perempuan dalam memberikan gizi yang cukup bagi anak.

Faktor yang kedua ialah ketidaktersediaan pangan di wilayah NTT dengan tanah yang memang tidak sesubur wilayah Indonesia lainnya.

"Memang jelas NTT dibandingkan daerah lain tingkat kesuburan tanahnya rendah," kata dia.

Oleh karena itu Menkes mengatakan tidak bosan-bosannya meminta kepada Kementerian Pertanian untuk mengatasi permasalahan ketahanan pangan di wilayah NTT yang vegetasinya lebih banyak berupa savana.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT Kornelis Kodi Mete mengatakan faktor yang menyebabkan tingginya kasus kekerdilan pada anak dikarenakan ketersediaan pangan, perilaku dan pemahaman.

"Kalau dari segi kesehatan kita dorong tenaga kesehatan berikan pemahaman dan pengetahuan, di samping juga siapkan ketersediaan pangan," kata Kornelis.